Dari Panican Sampah Jadi Harapan
Proses pembakaran sampah di KSM Bangun Utomo, Desa Panican, Kecamatan Kemangkon.-Alwi Safrudin/Radarmas-
SETIAP pagi, tiga orang pekerja KSM Bangun Utomo sudah sibuk di sebuah lahan bengkok milik desa Panican, Kecamatan Kemangkon. Dengan sarung tangan sederhana dan keringat yang bercucuran, mereka memilah sampah yang datang dari warga.
ALWI SAFRUDIN, Purbalingga
Bau menyengat tak membuat langkah surut, justru jadi pengingat bahwa pekerjaan ini bukan sekadar mengais rezeki, tapi menyelamatkan desa dari tumpukan sampah.
"Kalau bukan kita yang bergerak, siapa lagi?" ucap Ketua KSM Bangun Utomo, Wiwit Sugianto.
Kenangan akan masa lalu masih lekat di benak warga. Jalan menuju jembatan Sungai Klawing dulu dipenuhi plastik, sisa makanan, hingga karung berisi sampah dari luar desa. Pemandangan itu memalukan sekaligus menyakitkan. Dari rasa jengah itulah muncul tekad untuk berubah.
BACA JUGA:Turnamen voli lansia Peringati Hari Olahraga Nasional di Banjarnegara
Tahun 2024, Wiwit mengajak warga membuat pilot project. Mereka sepakat iuran Rp10 ribu per bulan, kini menjadi Rp15 ribu. Dana itulah yang menghidupi operasional KSM sampai sekarang. Sederhana, tetapi cukup untuk menyalakan api semangat.
Sampah dibakar dengan mesin berfilter asap, satu-satunya di Purbalingga, sehingga tak menimbulkan bau. Dari mesin pirolisis, mereka bisa menghasilkan 40-50 liter bahan bakar setiap hari.
"Solar ini dibeli desa Rp8 ribu per liter, dipakai untuk subsidi tukang traktor. Jadi sampah benar-benar kembali bermanfaat untuk petani," jelas Wiwit.
Tak mudah memang. Penican pernah punya bank sampah yang hanya berjalan dua tahun karena biaya operasional tinggi. Kini, KSM Bangun Utomo berusaha tidak mengulang kesalahan yang sama. Mereka punya reaktor ganda terdiri dari mesin pembakaran, oven, hingga pirolisis.
BACA JUGA:Ikonik, Miniatur Ka'bah di Masjid Jami' Istiqomah Desa Sibalung
Namun bagi Wiwit, KSM bukan soal mesin semata. Lebih dari itu, tentang mimpi besar menjadikan Penican desa percontohan. Ia bersama kepala desa sudah mengajukan proposal ke Kementerian Lingkungan Hidup untuk pembangunan gedung representatif.
"Kalau nanti sudah siap, kami yakin bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja dari warga sekitar," katanya penuh harap.
Kini, di Kecamatan Kemangkon, hanya Desa Panican yang berani memulai. Padahal, Purbalingga sudah mendapat peringatan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Bahkan bupati menginstruksikan agar setiap desa mengalokasikan dana desa untuk pengelolaan sampah mandiri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


