Banner v.2
Banner v.1

Cerita Penderita Obesitas, Daffa Fachrudin Lathif (15), Berdiri Mandiri Gapai Prestasi

Cerita Penderita Obesitas, Daffa Fachrudin Lathif (15), Berdiri Mandiri Gapai Prestasi

Ditemui Radarmas pada Sabtu (20/9), Daffa pede menunjukkan medali perunggu perdananya.-YUDHA IMAN/RADARMAS-

Percaya diri tinggi dimiliki Daffa Fachrudin Latif. Fisiknya yang kurang sempurna dengan kaki membengkok ke luar (Kaki O) karena kegemukan atau obesitas tidak mengungkung semangatnya untuk hidup normal layaknya anak-anak seusianya. Tekad untuk berdiri mandiri menggapai prestasi dibuktikannya dengan torehan perunggu cabor atletik Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) Jateng 2025.

YUDHA IMAN PRIMADI, Purwokerto

TIDAK memilih bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah/madrasah inklusi, Daffa Fachrudin Lathif mantap dan yakin bersekolah di MAN 2 Banyumas. Tiga bulan lalu Daffa melangkah mantap mengikuti Matsama bersama ratusan siswa baru lainnya. Tanpa rendah diri apalagi minder, dirinya menyelesaikan masa Ta'aruf dan berjuang menempuh pendidikan hingga saat ini.

"Waktu Matsama diantar naik motor. Karena orangtua kerja, dari awal masuk sampai sekarang naik motor sendiri," katanya ditemui Radarmas.

Daffa mengungkapkan penyebab bentuk kaki O yang dimikikinya karena obesitas. Dengan tinggi 165 centimeter, berat badannya sekarang mencapai 80 kilogram. Tidak kuat berdiri dan berjalan jauh adalah kelemahannya.

Imbasnya setiap upacara bendera tidak penuh diikutinya. Tak meratapi takdirnya sejak lahir, anak bungsu dari dua bersaudara ini justru mampu mensejajarkan diri dengan teman-temannya yang normal di madrasah. Tidak bisa dianggap remeh, bulan lalu perunggu didapatnya dari cabor Atletik Peparpeda Jateng 2025 di Karanganyar.

"Cabor Atletik cabang para tolak peluru kelas F57 putra dengan jarak lemparan enam meter. Dengan yang lainnya beda tipis hitungan centimeter," terang dia.

Disinggung masalah motivasinya mengikuti atletik dengan segala keterbatasan fisiknya, hal tersebut tersebut tak lepas dari ajakan kakak kelasnya di MAN 2 Banyumas. Merangkul, mengajak dan menyematinya untuk berlatih, sepulangnya dari madrasah Daffa hampir setiap sore menghabiskan waktunya di GOR Satria.

Kesempatan yang diberikan oleh National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Kabupaten Banyumas untuk bergabung tak disia-siakannya.

"Ke depan belum ada rencana ikut apalagi. Inginnya ikut terus kalau ada lomba," pungkas jebolan pesantren warga Kalikidang ini.

Sekelumit cerita Daffa selayaknya menjadi tambahan motivasi bagi orang yang hidup lebih beruntung darinya. Karunia badan tegap, fisik sehat dan lengkap menjadi sesuatu yang wajib disyukuri. Bagi Daffa, obesitas sejak lahir bukanlah aib melainkan pelecut semangat hidup normal di tengah masyarkat. (*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: