Dorong Regenerasi Petani, Dinpertan Ajak Anak Muda Kuasai Alsintan
Siswa magang di UPTD Perbenihan Mewek berlatih mengoperasikan Rotavator atau kendaraan pengolahan lahan. -Dok Dinpertan Purbalingga-
PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga terus mendorong keterlibatan generasi muda dalam dunia pertanian modern. Dorongan ini seiring mekanisasi pertanian yang kini makin masif menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan).
Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dinpertan Purbalingga, Hafidhah Khusniyati mengatakan, pengolahan lahan hingga proses panen di Purbalingga sudah beralih dari cara manual menuju mekanis.
"Kita sudah tidak lagi pakai traktor roda dua. Sekarang sudah pakai rotavator, traktor roda empat, combine harvester, dan lainnya. Tapi sayangnya, kita masih kekurangan operator," ungkapnya.
Padahal, menurutnya, profesi operator alsintan menjadi peluang lapangan kerja menjanjikan. "Jika digeluti serius, hasilnya bisa di atas UMR. Jadi saya mengimbau anak muda tidak takut panas, tidak takut hitam dan tidak takut kotor. Justru di sini peluang terbuka lebar," katanya.
BACA JUGA:UPTD Perbenihan Mewek Genjot Produksi Calon Benih Demi Kejar Target PAD
Selama ini, calon operator sebagian besar berasal dari siswa SMK atau mahasiswa magang. Namun tidak semua mau terjun kembali usai masa praktik selesai. Hafidhah menyebutkan, baru satu siswa PKL asal Tanjungmuli yang kembali ke lapangan untuk belajar mengoperasikan alsintan hingga mulai mahir.
Ia berharap, anak muda lainnya juga berani mencoba hal baru dan mau belajar langsung. "Yang belum punya pekerjaan tetap atau siapapun yang tertarik bisa datang ke Dinpertan atau BPP. Nanti akan kami arahkan ke operator senior untuk dibimbing," ujarnya.
Dalam waktu dekat, Dinpertan juga merencanakan mendatangkan rice transplanter atau alat tanam padi dalam jumlah besar. Sehingga, kebutuhan operator baru diperkirakan semakin tinggi.
"Ini untuk antisipasi 5-10 tahun ke depan, saat tenaga tanam padi mulai berkurang. Karena itu, regenerasi dari anak muda sangat kita butuhkan," ucapnya.
BACA JUGA:Dorong Produktivitas, Petani Dapat Bantuan Alsintan Tahap Kedua
Hafidhah menambahkan, pelatihan formal memang ada setiap tahun namun terbatas waktu. Pihaknya lebih mengutamakan metode mentoring langsung di lapangan.
"Butuh waktu 1-2 bulan, tapi kalau melihat dan terjun langsung, nanti akan terbiasa dan berani mengoperasikan sendiri," terangnya.
Meski belum menyediakan fasilitas resmi setara BLK, Dinpertan membuka kesempatan seluas-luasnya tanpa biaya. "Yang penting mau sungguh-sungguh. Kita buka ruang belajar bagi siapapun yang ingin mencoba," pungkasnya. (alw)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


