Banner v.2

Pemetaan Bank untuk KDMP Belum Final, Pengajuan Pinjaman Masih Tertahan

Pemetaan Bank untuk KDMP Belum Final, Pengajuan Pinjaman Masih Tertahan

Kepala Dinkopukm Kabupaten Purbalingga, Endi Astono.-Alwi Safrudin/Radarmas-

PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID – Rencana kerja sama pembiayaan antara Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dan bank-bank Himbara di Kabupaten Purbalingga hingga kini belum mencapai tahap final. Dinas Koperasi dan UKM (Dinkopukm) Purbalingga masih melakukan proses pemetaan untuk menentukan bank yang akan menjadi mitra penyalur pinjaman.

Kepala Dinkopukm Purbalingga, Endi Astono, mengatakan belum ada satu pun KDMP yang mengajukan pinjaman karena pemetaan belum selesai. “Ada beberapa KDMP yang berencana meminjam, namun kami belum tahu bank mana yang akan memfasilitasi. Salah satu bank memang sudah berkomunikasi dan menyebut akan bermitra dengan sekitar 80 KDMP, tapi bank lain belum menyampaikan,” ujarnya.

Endi menegaskan pihaknya belum bisa mengarahkan koperasi desa untuk mengajukan pinjaman ke bank tertentu sebelum ada kejelasan dari hasil pemetaan. “Kami belum berani mengatakan ke KDMP harus mengajukan ke mana,” katanya.

Sesuai prosedur, desa yang akan mengajukan pinjaman wajib memiliki akun Simkopdes, sistem digital yang berfungsi menampung seluruh data kepengurusan, proposal pinjaman, analisis risiko, hingga mekanisme pengembalian dana. Namun hingga kini belum dipastikan apakah seluruh pinjaman KDMP akan difasilitasi oleh satu bank saja atau dibagi ke beberapa bank.

BACA JUGA:Modal Masih Minim, KDMP Didorong Kembangkan Usaha Produktif

Selain pemetaan bank, Dinkopukm juga menghadapi kendala teknis di lapangan. Beberapa pengurus koperasi dinilai belum memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dengan baik. Bahkan sebagian pengurus yang berusia lanjut masih kesulitan beradaptasi dengan sistem digital dan teknologi informasi.

“Harapan kami, pengurus bisa bekerja lebih mandiri dan maksimal. Kalau manajemen bisa dijalankan dengan baik, koperasi akan berkembang dan bisa membantu anggota menghemat pengeluaran serta meningkatkan kesejahteraan secara bertahap,” ujar Endi.

Ia menambahkan, tantangan lain yang dihadapi adalah persepsi masyarakat terhadap koperasi yang masih sempit, seolah hanya sebatas kegiatan simpan pinjam. Padahal, menurutnya, koperasi bisa berkembang lebih luas jika dikelola dengan inovatif dan berorientasi pada pemberdayaan ekonomi warga.

“Kalau koperasi bisa keluar dari pola lama dan berinovasi, potensinya besar untuk menjadi motor ekonomi desa,” tutupnya. (alw)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: