790 Hektare Sawah Bergantung pada Limpak Dau, Debit Air Jadi Sorotan
Tuk (mata air) Limpak Dau yang berlokasi di Desa Munjul, Kecamatan Kutasari.-Alwi Safrudin/Radarmas-
PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.CO.ID – Bendung Limpak Dau yang dirancang sebagai irigasi teknis untuk mengairi sawah di 14 desa Purbalingga, dinilai belum berfungsi optimal. Dari total 17.600 hektare sawah di kabupaten ini, Limpak Dau seharusnya memasok air untuk 790 hektare. Namun, beberapa desa tidak kebagian air.
"Limpak Dau dulu dirancang sebagai irigasi teknis yang bisa mengatur aliran untuk setiap sawah. Tapi dalam praktiknya, beberapa desa tidak kebagian air," kata Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dinpertan Purbalingga, Hafidhah Khusniyati.
Dua desa yang paling terdampak adalah Gambarsari dan Muntang. Saat musim kemarau, sudah lama keduanya tidak mendapat air dari bendung. Dinpertan lalu membuat tiga titik irigasi perpompaan.
Selain itu, bantuan juga datang dari irigasi Slinga yang meski belum diresmikan, sudah bisa dialirkan secara insidentil untuk membantu Grecol dan Mewek.
BACA JUGA:Bendungan Kedungdamang Ambrol, 30 Hektare Sawah di Desa Prigi Kesulitan Air
Yang paling bergantung pada Limpak Dau adalah Desa Gemuruh yang berada di bagian hulu. Kondisi jaringan irigasi yang banyak kebocoran menambah kecemasan petani. Saat musim kemarau panjang 2023-2024 Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Padamara meninjau langsung ke lapangan.
"Mungkin belum ada anggaran perbaikan untuk saluran premier dan sekunder, yang menjadi kewenangan DPUPR. Sementara Dinpertan hanya di saluran tersier yang masuk langsung ke blok sawah," ujarnya.
Hal tersebut yang sedang diperjuangkan agar irigasi diprioritaskan. Apalagi ada Inpres Nomor 2 Tahun 2025 tentang percepatan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung swasembada pangan.
Menurutnya, Limpak Dau sedang menunggu giliran. Tahun ini sudah ada lima proyek irigasi di Purbalingga, diharapkan tahun depan bendung ini masuk prioritas.
BACA JUGA:Rencana Perumdam Tirta Perwira Tambah Debit Air Picu Konflik, Petani: Jangan Utak-Atik
Adapun terkait penambahan debit PDAM, petani khawatir debit sawah makin berkurang. Jika dulu bisa tiga kali tanam setahun, kini hanya dua kali. Mereka cemas ke depan hanya bisa sekali tanam. (alw)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

