Guru dan Kepala Sekolah Ikut AN

Guru dan Kepala Sekolah Ikut AN

Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud Asrijanty JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, bahwa Asesmen Nasional (AN) nantinya tidak hanya dilakukan oleh siswa, melainkan juga dilaksanakan kepada guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Namun dalam pelaksanaanya berbeda, antara siswa, guru dan kepala sekolah. Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud Asrijanty mengatakan, AN tidak hanya dikerjakan oleh para siswa. Namun, guru dan kepala sekolah juga bakal turut menjadi peserta AN. Dalam pelaksanaannya, murid akan mengikuti AKM, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. Sementara guru dan kepala sekolah hanya mengikuti Survei Lingkungan Belajar. https://radarbanyumas.co.id/mendikbud-putuskan-an-ditunda-september-oktober/ "Survei lingkungan belajar untuk guru dan kepala sekolah juga akan dijalani oleh para siswa. Namun, perbedaannya siswa mesti mengerjakan AN untuk Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter," kata Asrijanty dalam diskusi daring, Selasa (26/1/2021). Sementara itu, guru dan kepala sekolah tidak perlu mengerjakan AKM dan survei karakter. Kemudian guru dan kepala sekolah mengisi survei lingkungan belajar itu juga tanpa pengawasan. "Jadi kalau siswa atau peserta didik nanti dalam situasi seperti ujian yang ada waktunya, tetapi bapak ibu guru dan kepala sekolah hanya mengisi survei," terangnya. Terkait dengan waktu pelaksanaan, kata Asrijanty, para guru dan kepala sekolah bakal mengikuti AN di waktu yang berbeda dengan siswa. Artinya, waktunya tidak ditentukan secara spesifik, namun yang jelas tetap pada bulan September 2021. "Jadi berbeda dengan siswa, karena ini adalah mengisi angket, mengisi instrumen jadi tidak pada waktu yang pasti. Tetapi misalkan pelaksanaan asesmen nasional ini ini kan rencananya dalam dua hari. Jadi nanti bapak ibu guru dalam dua hari itu diberi waktu untuk menyelesaikan survei," jelasnya. Sementara itu, pihkanya juga memberi 'bocoran' contoh soal yang akan diujikan dalam AN. Penilaian AN itu dilihat dari pengukuran Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter. Dalam AKM misalnya, akan diukur kemampuan literasi dan numerasi siswa. Soal yang diberikan berupa alat ukur cara berpikir siswa. "Untuk contoh soal, ini literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis tapi sebenarnya kita mengukur bagaimana menggunakan, bagaimana menyelesaikan," terangnya. Asrijanty menambahkan, untuk soal yang berkaitan dengan karakter, akan ada enam aspek penting. Pengukuran ini dapat menunjukkan, bahwa siswa merupakan individu yang produktif. "Bernalar kritis tidak hanya memengaruhi bagaimana hal-hal akademis. Tapi bernalar kritsi juga diterapakan dalam kegiatan sehari-hari, misalnya tidak mudah menerima informasi yang belum jelas kredibilitasnya," tuturnya. Asesmen Nasional adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbud untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan adanya masukan/input, proses, dan keluaran/output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Asesmen Nasional (AN) rencananya bakal digelar pada September dan Oktober tahun 2021. Siswa di kelas 5, 8 dan 11 bakal menjalankan AN tersebut guna mengukur mutu satuan pendidikan. Ketua Yayasan Guru Belajar dan Perintis Komunitas Guru Belajar, Bukik Setiawan mengatakan, bahwa ada cara berbeda yang harus diterapkan kepala sekolah dan guru jika ingin Asesmen Nasional sukses. “Sebenarnya Asesmen Nasional merupakan ini merupakan kesempatan yang baik untuk kita semua untuk mengakhiri tren negatif dari kualitas pembelajaran kita yang selama 15 tahun terus mengalami penurunan. Harapannya, dengan Asesmen Nasional kualitas pembelajaran kita naik," kata Bukik. Bukik menuturkan, bahwa guru harus melakukan asesmen di awal pembelajaran untuk memahami kompetensi awal murid terkait kompetensi literasi, numerasi, dan karakter sebagai dasar untuk menyusun perencanaan pembelajaran. "Saya percaya, guru dan sekolah dengan dukungan yang tepat, mampu menyusun asemen literasi, numerasi, dan karakter. Tidak harus sempurna, bikin dulu aja," ujarnya. Bukik juga menyarankan, agar memperbanyak pelaksanaan asesmen formatif berbasis kompetensi literasi, numerasi, dan karakter sebagai dasar untuk penyesuaian pembelajaran. "Para guru yang belum pernah menyusun asesmen untuk segera melakukannya. Lalu, guru yang sudah pernah, maka perbanyak asesmen formatif sebagai dasar penyusunan pembelajaran," terangnya. Selain itu, kata Bukik, mengurangi jumlah tugas sekaligus meningkatkan kualitas tugas yang bisa berkontribusi pada peningkatan kompetensi literasi, numerasi, dan karakter. Menurutnya, terlalu banyak tugas dapat menghabiskan energi guru saat bekerja. "Semakin dikurangi, maka guru akan semakin memiliki banyak waktu untuk memberikan tugas berkualitas bagus. Jika tugas semakin banyak, maka energi guru semakin habis. Tugasnya sedikit saja, namun berkualitas dengan memberikan umpan balik kepada murid," pungkasnya. (der/fin).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: