Selama Tiga Generasi, Sudah Ekspor ke Sejumlah Negara di Eropa
Warga Desa Mujur sedang membuat kerajinan lampion dari bambu.-RAYKA/RADARMAS-
Melihat Desa Mujur, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap Lestarikan Kampung Bambu
Desa Mujur, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap merupakan desa yang unik. Ratusan warga di desa ini menjaga tradisi nenek moyang sebagai perajin alat rumah tangga berbahan bambu.
RAYKA DIAH, Cilacap
Sudah tiga generasi, terhitung sejak tahun 1960-an, para pengrajin bambu di Desa Mujur memiliki perkampungan yang dinamakan kampung bambu. Di kampung ini mereka mengembangkan potensi bambu di daerahnya untuk dijadikan tampah.
Saat memasuki area kampung bambu, sejumlah warga nampak duduk di setiap halaman rumah. Bukan sekadar duduk dan nongkrong tetapi mereka menganyam lembaran potongan bambu menjadi kerajinan untuk perabotan rumah tangga tradisional.
BACA JUGA:Kakao Asal Cilacap Bisa Tembus Pasar Eropa dan Amerika
BACA JUGA:Tekat Kuat Indroyono Soesilo Kenalkan Museum Soesilo Soedarman ke Dunia
Hasil produksi kerajinan bambu yang mengunggulkan kerajinan tampah ini mampu menghasilkan dua ribu tampah setiap bulannya dan harga satu tampah dibandrol dengan harga Rp 10 ribu per buah.
Namun, harga tersebut dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka. Akhirnya para pengrajin bermanuver untuk membuat aneka kerajinan anyaman bambu, yang lebih bernilai ekonomi tinggi.
"Awalnya kita memang membuat tampah. Namun sekitar lima lalu kita mengembangkan skill pengrajin agar bisa menambah nilai ekonomis lebih dengan membuat aneka kerajinan seperti lampu lampion, tempat tisu dan sejenisnya," ujar Suratno (33), Koordinator Kampung Bambu Desa Mujur.
Dikatakan Suratno, hasil produksi tampah tersebut sering dikirim ke wilayah Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Sedangkan untuk kerjainan lampu lampion pernah di ekspor beberapa kali ke Prancis, Itali, Belanda dan Jerman.
"Kita bekerjasama dengan beberapa pihak. Sampai sekarang masih tetap jalan meskipun agak tersendat. Saya tetap membuka bekerjasama pihak manapun," kata dia.
Untuk membuat kerajinan tersebut, mereka memanfaatkan potensi pohon bambu di daerahnya.
Biasanya sebelum dijadikan barang tepat guna, bambu-bambu tersebut akan dikeringkan terlebih dahulu selama 3-4 hari. Baru setelahnya, dibelah menggunakan mesin dan dilakukan proses penganyaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: