PBNU Tolak Lima Hari Sekolah

PBNU Tolak Lima Hari Sekolah

BANJARNEGARA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tetap menolak penerapan lima hari sekolah. Alasannya, penerapan kebijakan tersebut akan berdampak negatif bagi siswa. Pengurus Besar PBNU, Dr KH Manarul Hidayat MA mengatakan, penolakan ini merupakan kebijakan PBNU. Sebab jika lima hari sekolah diterapkan, dikhawatirkan bisa menggoyahkan nilai-nilai agama pada siswa. Karena penerapan lima hari sekolah membuat siswa yang dikhawatirkan membuat mereka tidak bisa mengaji sepulang sekolah. Sebab selama ini, setelah belajar di sekolah siswa mengaji pada sore hari di TPQ maupun Madrasah Diniyah. AKBAR : Pengurus Besar PBNU, Dr KH Manarul Hidayat MA menjadi mengisi Pengajian Akbar dalam Rangka Halal Bihalal dan Temu Balung Pisah Warga NU ke II di Ponpes Al Fatah parakancangga, Minggu (16/7). (Darno/Radarmas) Menurut dia, jika perlu jika nilai nilai agama siswa jelek, tidak lulus sekolah. Dia menegaskan, penolakan ini tidak ada kaitannya antara Muhammadiyah dengan NU. "Tidak ada kaitannya, tolong," kata dia usai Pengajian Akbar dalam Rangka Halal Bihalal dan Temu Balung Pisah Warga NU ke II di Ponpes Al Fatah parakancangga, Minggu (16/7). Terkait adanya isu pondok pesantren yang dijadikan sarang pembentukan kelompok radikal atau terorisme, dia tidak setuju. Silahkan ditindak pesantren yang mengajarkan radikalisme. Jangan digebyar uyah, dipukul rata. nda boleh," tandasnya. Ketua PCNU Banjarnegara, Zahid Khasani mengatakan, dengan lima hari sekolah, dua hari anak libur. Dia khawatir jika dua hari libur ini dimanfatkan siswa untuk bermain game dan bersosial media. "Anak baca-baca informasi yang mengandung hoak, sangat memungkinkan membentuk anak menjadi radikal," ungkapnya. Dia menambahkan penerapan lima hari sekolah dikhawatirkan juga menghilankan karakter pendidikan agama khas Nusantara speerti Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah maupun TPQ. (drn/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: