Dosen STT Wiworotomo Menerapkan Pembuatan Pellet Unggas Berbasis Maggot di Teluk Purwokerto

Dosen STT Wiworotomo Menerapkan Pembuatan Pellet Unggas Berbasis Maggot di Teluk Purwokerto

Dosen dari Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Wiworotomo telah meluncurkan inisiatif yang inovatif untuk membantu pengelola sampah di Teluk Purwokerto.-Humas STT Wiworotomo Purwokerto-

- Dengan Mesin Vertical Rotary Berpenggerak Motor Bensin bagi Pengelola Sampah

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID, PURWOKERTO - Dosen dari Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Wiworotomo telah meluncurkan inisiatif yang inovatif untuk membantu pengelola sampah di Teluk Purwokerto. Mereka bekerja sama dengan Kelompok Swadaya Mandiri (KSM) BIMA yang fokus pada pengelolaan sampah zero waste.

Inovasi yang diterapkan adalah teknologi pencetakan pellet unggas berbasis maggot sebagai sumber protein yang efisien. Tim yang terdiri dari empat dosen STT Wiworotomo, dengan Ketua pelaksana Mastur, M.T, dan tiga dosen lainnya yaitu Nana Supriyana, M.T, Utis Sutisna, M.Eng, dan Tris Sugiarto, M.T, telah melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dengan dibiayai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kemenristek-DIkti pada tahun 2023.

Mitra yang dibantu oleh program ini adalah Kelompok Swadaya Mandiri (KSM) BIMA yang berfokus pada Pengelolaan Sampah Zero Waste. Mereka telah berhasil memproses sampah organik dalam waktu 1 hari tanpa sisa. Sampah organik ini digunakan untuk pembuatan pupuk organik dengan menggunakan maggot untuk penguraian, yang membantu mengurangi emisi bau yang seringkali terjadi dalam penguraian sampah.

Ketua KSM BIMA, Eko Didit Mardiyono, mengungkapkan bahwa produksi maggot selama 5 tahun terakhir mengalami stagnasi akibat keterbatasan lahan dan penurunan harga jual. Namun, peluang untuk meningkatkan omzet dengan mengemas produk dalam bentuk serbuk atau tepung maggot serta maggot oven kering untuk pakan burung masih terbuka lebar. Harga pasar untuk produk-produk tersebut mencapai 30 ribu hingga 60 ribu rupiah per kilogram, membuka peluang bagi KSM BIMA untuk meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.

BACA JUGA:Melalui Program Kosabangsa, Dosen STT Wiworotomo dan Universitas Negeri Semarang Berkolaborasi

BACA JUGA:Wisuda Program Sarjana ke-19 dan Ahli Madya Periode ke-31 STT Wiworotomo Purwokerto

"Dalam upaya untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih efisien, operator dan mekanik dari KSM BIMA dilatih untuk merakit komponen mesin, membersihkan, dan melakukan perawatan mesin rotary. Hal ini penting untuk memastikan mesin tetap beroperasi dengan baik. Selain itu, mereka juga diberikan pelatihan dalam penggunaan aplikasi penjualan online dan cara memproduksi berbagai jenis kopi dengan citarasa bervariasi," ungkap Eko.

Mesin pencetak pellet yang digunakan oleh KSM BIMA merupakan inovasi dari tim Dosen STT Wiworotomo. Mastur, M.T, Ketua pelaksana, menjelaskan bahwa mesin ini telah diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan produksi pellet unggas dan ikan berbasis maggot basah. Mesin ini dilengkapi dengan mekanisme kopling untuk memudahkan starting dan mengatasi masalah teknis yang mungkin terjadi selama proses produksi.

"Masyarakat sekitar sangat mendukung inisiatif ini karena dapat membantu pengelola sampah dalam mendapatkan tambahan penghasilan. Eko Didit Mardiyono menyatakan bahwa mesin ini sangat dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan pakan unggas, seperti ayam, bebek, dan mentok yang dipelihara oleh pengelola sampah," imbuhnya.

Selain itu, mahasiswa dari STT Wiworotomo juga terlibat dalam kegiatan ini. Mereka membantu dalam mengkoordinasikan kegiatan, pelatihan, dan pemasaran produk-produk baru yang dihasilkan, seperti maggot kering, pellet maggot unggas, dan produk turunannya. Dengan melibatkan mahasiswa, harapannya akan terjadi peningkatan dalam bidang teknologi dan pengembangan entrepreneur.

BACA JUGA:Lewat PKM, Dosen STT Wiworotomo Terapkan Mesin Pencetak Papan Partikel Limbah Kayu dan Sulap Akar Bambu

BACA JUGA:STT Wiworotomo Purwokerto MoU dengan Pemkab Banyumas, Bupati Banyumas Beri Kuliah Umum

Kegiatan ini secara keseluruhan memiliki dampak positif pada pengembangan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di daerah tersebut. Ini akan meningkatkan daya saing produk-produk lokal dan membantu masyarakat menjadi lebih mandiri ekonominya. Penerapan teknologi yang tepat sasaran akan memberikan dampak positif baik bagi kelompok KSM BIMA maupun perguruan tinggi secara umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: