Dua SMA di Kabupaten Banyumas Menjadi SMA Kewirausahaan

Dua SMA di Kabupaten Banyumas Menjadi SMA Kewirausahaan

PURWOKERTO-Tahun ini, dua SMA di Kabupaten Banyumas berkesempatan merasakan program kewirausahaan. SMAN 1 Sokaraja dan SMAN 3 terpilih sebagai sekolah yang menjalankan program kewirausahaan dari Kemendikbud. Kepala SMAN 1 Sokaraja, Drs Edi Prasetyo ketika ditemui Radarmas mengatakan, program jangka pendek ini berjalan di setiap semester selama tiga bulan. "Terhitung semester I tahun pelajaran 2016/2017, siswa SMAN 1 Sokaraja sudah dapat memanfaatkan program tersebut," katanya. Edi menjelaskan, program SMA kewirausahaan berisi kegiatan untuk melatih siswa dalam merencanakan, membuat hingga menjual produk layaknya Program Kreativitas Mahasiswa–Kewirausahaan (PKM-K) pada jenjang perguruan tinggi. "Perbedaannya, jika PKM-K menyasar kepada mahasiswa, program SMA Kewirausahaan menargetkan untuk siswa SMA khususnya yang masih duduk di kelas X," terang dia. Dirinya melanjutkan SMAN 1 Sokaraja juga telah ditunjuk sebagai sekolah pendidikan berbasis keunggulan lokal (PKBL) batik sejak 2007. SMAN 1 Sokaraja sendiri memiliki sanggar batik yang telah diresmikan oleh Bupati Banyumas, Ir H Achmad Husein pada Juni tahun 2015 dengan nama 3S. Nama ini berasal dari tiga nama tokoh asal Sokaraja seperti Suparjo Rustam tokoh pejuang dan tokoh nasional, Saefudin Zuhri Mantan Menteri Agama dan Sampringad pengusaha sukses asal Sokaraja. "Tujuan dibentuknya SMA kewirausahaan untuk mengajarkan kemampuan berwiraswasta pada siswa sejak usia dini. Memancing siswa untuk belajar bagaimana membuat proposal usaha beserta rinciannya mulai dari tujuan, produk apa yang dihasilkan, bagaimana prosesnya, estimasi dana hingga waktu pembuatan dan lain-lain," sambungnya. Dia menambahkan rangkaian yang dilalui siswa hingga akhirnya program usaha mereka dapat terealisasi dimulai dari pembuatan proposal yang selanjutnya diajukan kepada kepala sekolah. Setelah itu barulah kepala sekolah menentukan program usaha mana yang berhak mendapatkan bantuan dana untuk memulai usahanya. "Saya berharap semua program yang dibuat siswa bisa berjalan. Untuk dana sendiri semua berasal dari Kemendikbud. Kisaran total dana yang digelontorkan Rp 200 juta terhitung mulai dari sosialisasi hingga puncak acara. Semua proses tidak akan terlepas dari pantauan guru. Mereka akan membantu siswa untuk memilih ide yang tepat serta membimbing dalam proses pembuatan produk hingga pada akhirnya memiliki nilai jual," tutup Edi. (yda/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: