Sebut Indonesia, Rizal Ramli Soal Sri Lanka: Proyek Infrastruktur Dibiayai China, dan Akhirnya Enggak Mampu Ba

Rizal ramli JAKARTA - Mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Dr Rizal Ramli, dalam acara Talk Show bertajuk “Catatan Demokrasi” pada Selasa malam (12/7) menjelaskan kondisi Sri Lanka. “Sri Lanka ekonominya biasa-biasa saja juga tidak terlalu berkembang. Tapi pemimpin-pemimpinnya sangat jorjoran, ugal-ugalan, untuk membangun proyek infrastruktur dibiayai oleh China dan akhirnya enggak mampu bayar, kolaps,” kata Rizal Ramli. Sementara Kondisi ekonomi Indonesia yang relatif berkembang dibandingkan Sri Lanka yang biasa-biasa saja memang berbeda jauh. Tetapi kebijakan ekonomi dan tabiat para pemimpin di Sri Lanka hampir sama dengan di Tanah Air. Pejabat di Sri Lanka gemar membangun proyek infrastruktur tanpa perencanaan yang jelas. Ironisnya biaya pembangunannya bersumber dari utang luar negeri, yang berujung menumpuk hingga ambruk. Ini yang juga terjadi di Indonesia. Ekonom senior yang akrab disapa RR itu mencontohkan proyek infrastruktur yang mangkrak dan merugi tersebut. Misalnya Pesiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dibuatkan AirPort besar, begitu selesai bandara itu sepi pengunjung alias tidak ada isinya. “Jadi, ambisi untuk loncat dengan cepat dengan bangun infrastruktur dibiayai oleh China dan akhirnya menang enggak mampu bayar, kolaps,” kata RR. Selain itu, RR juga menyebut praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Sri Lanka pun sudah sangat parah hingga akhirnya rakyat pun marah dan menduduki Istana Negara Sri Lanka. “(Sri Lanka) KKN-nya ugal-ugalan,” tuturnya. https://radarbanyumas.co.id/krisis-sri-lanka-jadi-negara-bangkrut-ratusan-wni-memilih-bertahan/ Nah, lanjut RR, untuk melihat apakah besar atau kecil kemungkinan yang sama terjadi di Indonesia, tentu harus dianalisis kondisi hari ini secara ekonomi. Indonesia cukup beruntung karena punya banyak komoditi, seperti tambang, sawit, dan lain sebagainya. "Tetapi, semangat ugal-ugalan di bidang infrastruktur ya itu sama aja. Asal ngebangun tanpa planning yang mateng, tanpa analisa terhadap kemampuan bayar, sehingga banyak akhirnya akan jadi masalah,” demikian RR. (rmol/zul/ttg)

Sumber: