Sukendar, Seniman Banyumas yang Tembus Mancanegara, Keliling Tiga Benua dan Kenalkan Kesenian Tradisional

Sukendar, Seniman Banyumas yang Tembus Mancanegara, Keliling Tiga Benua dan Kenalkan Kesenian Tradisional

Sukendar, seniman Banyumas sedang melatih gamelan umat Hindu , Minggu (16/7/2023) di komplek Pura Pedaleman Giri Kendeng, Klinting, Somagede. -Fijri Rahmawati/Radar Banyumas-

Sukendar di usia 73 tahun jalan, masih eksis menekuni kesenian tradisional. Kiprahnya tak hanya di tlatah Banyumas, juga menembus mancanegara.

FIJRI RAHMAWATI, Banyumas

SIKENDAR memulai debut di dunia seni tradisional menjadi wayang orang di usia yang masih sangat muda yakni 14 tahun. Pertama kali manggung pada 1964. Tak berselang lama, terpaksa vakum karena kondisi politik tanah air tidak memungkinkan.

Peluang berkesenian kembali muncul pada 1968. Pria kelahiran 1950 itu merambah ke ketoprak keliling menjelajah antar kabupaten.

Pria asal Wangon itu menuturkan, di sela aktivitas sambil berlatih kendang secara otodidak. Hingga mampu mengiringi ketoprak sampai pertunjukan lengger. Selang sembilan tahun kemudian, memutuskan berhenti dari ketoprak dan beralih ke seni lengger.

BACA JUGA:Keseruan Anak-Anak Panti Asuhan Bunda Serayu Peringati Hari Anak, Latihan Logika Perkenalan Coding

"Saya seorang Banyumas harus mempertahankan kendang Banyumasan dan bagaimana supaya bisa berkembang," ujar kakek tujuh cucu itu.

Setiap daerah memiliki ciri khas kendang. Sukendar mencontohkan, gaya Surakarta atau Yogyakarta ada kendang ketawang, kendang ladrang dan kendang ciblon.

Sedangkan di Banyumas hanya ada ketipungan. Irama satu lancaran menggunakan kendang besar. Irama dua masuk ketipung sebagai ciri khasnya.

Nyaris seumur hidupnya berkecimpung di dunia seni, kakek dua buyut itu memiliki pengalaman berkesan. Sukendar sebagai narasumber workshop di sejumlah negara.

"Melatih calung, tari dan pentas diantaranya di Inggris, Jerman, Belgia bersama tim. Ketika di Jepang hanya saya dan istri," kenang pria kelahiran 31 Desember itu.

BACA JUGA:Warga Desa Banjarpanepen Gelar Tradisi Takiran Sedekah Bumi

Orang mancanegara sangat antusias dengan seni Banyumasan. Hal tersebut terlihat dari kode penonton berupa tepuk tangan yang tidak berhenti padahal pentas telah usai.

Kode tepuk tangan terus menerus menandakan bahwa penonton meminta lagi untuk pertunjukan. Seni Banyumasan bisa diterima di mancanegara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: