94 Meninggal, Ratusan Terluka - Gempa 6,5 SR Pidie Jaya Aceh

94 Meninggal, Ratusan Terluka - Gempa 6,5 SR Pidie Jaya Aceh

JAKARTA – Bumi Serambi Makkah kembali menangis. Kemarin (7/12) sekitar pukul 05.00 gempa 6,5 skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Akibatnya, 94 orang meninggal, 617 orang terluka, dan ratusan bangunan rusak. Gempa itu merupakan gempa kesepuluh di Pulau Sumatera sejak gempa 9,1 SR yang disertai tsunami pada 2004 merenggut nyawa puluhan ribu jiwa. Kondisi yang memerlukan penanganan khusus dari pemerintah. Jutaan jiwa warga di sana hidup dalam ancaman gempa. evakuasi_gempa_aceh_amrizal-arnida_rakyat-aceh “Mari kita memanjatkan doa untuk seluruh masyarakat Aceh, khususnya di Kabupaten Pidie Jaya. Semoga tetap tabah, tawakal, dan kuat,” kata Presiden Jokowi di sela-sela sosialisasi tax amnesty di Nusa Dua, Bali, tadi malam. “Saudara-saudara semuanya di Kabupaten Pidie Jaya tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini,” lanjutnya. Sampai tadi malam, pencarian dan penyelamatan korban terus dilakukan. Dengan pesawat TNI, bantuan dari Jakarta juga mulai berdatangan di Banda Aceh untuk selanjutnya dibawa ke Pidie Jaya yang berjarak 106 km sebelah tenggara. Kepala Kantor SAR Banda Aceh Suyatno menyatakan, di lokasi gempa, tim dari TNI, Polri, Basarnas, SAR, serta masyarakat terus melakukan evakuasi. “Masa tanggap darurat ini akan ditentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kalau kita merujuk pada ketentuan operasi SAR, biasanya 7 hari. Tetapi, karena ini bencana, nanti disesuaikan dengan yang ditentukan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA),” jelasnya. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, bukan hanya Kabupaten Pidie Jaya yang terkena gempa. Kabupaten Pidie dan Bireuen juga terdampak. Namun, mayoritas korban berada di Pidie Jaya. “Seluruh korban meninggal dirujuk ke RSUD Pidie Jaya, RSUD Pidie, dan RSUD Sigli. Jumlah itu diperkirakan terus bertambah karena pendataan terus berlangsung,” jelas Sutopo. Selain menelan korban, gempa juga merusak bangunan. Di Kabupaten Pidie Jaya, 105 ruko roboh, 86 rumah rusak berat, 13 masjid roboh, dan 1 bangunan RSUD rusak berat. Kondisi yang hampir sama terjadi di Kabupaten Bireuen dan Pidie. Di Kabupaten Pidie, 40 rumah rusak berat. Di Kabupaten Bireuen, 1 masjid, 35 rumah, dan 6 ruko rusak berat. “Kerusakan cukup berat karena pusat gempa berada di darat,” kata Sutopo. “Banyak korban yang tertimbun bangunan. Hal itu diperparah banyaknya bangunan yang didesain tidak tahan gempa,” lanjut alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut. Banyaknya korban jiwa dalam bencana kemarin menunjukkan betapa mendesaknya adanya kebijakan baru tentang bangunan di daerah rawan bencana. Sebab, itu sangat diperlukan untuk menghadapi gempa yang datangnya tidak bisa diprediksi. Sebanyak 386 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa tinggal di daerah rawan tinggi bahaya gempa bumi di Indonesia. ”Biaya komponen (rumah tahan gempa) bisa 30–50 persen lebih mahal daripada yang biasa. Sebab itu, dibutuhkan subsidi bagi mereka yang rumahnya berada di daerah rawan gempa,” papar Sutopo. Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menuturkan, gempa di Pidie Jaya disebabkan patahan tektonik yang memanjang antara daerah Samalanga dan Sipopok. Dia menjelaskan, gempa yang disebabkan patahan memiliki daya magnitudo cenderung lebih kecil ketimbang gempa dari tumbukan lempeng. Daryono menuturkan, wilayah yang berpotensi mengalami gempa karena tumbukan lempeng ada di laut bagian barat Pulau Sumatera. Sementara itu, lokasi gempa yang dipicu patahan sangat sulit diprediksi. korban-gempa-aceh_idris-bendung_rakyat-aceh-1 Gempa di Pidie Jaya kemarin memiliki karakter yang sama dengan kejadian gempa bumi di Jogjakarta pada 2006. Saat itu gempa mengguncang Jogjakarta dengan kekuatan 6,4 SR dengan pusat gempa di kedalaman 11 km. Dengan kepadatan permukiman di Jogjakarta, gempa saat itu memakan korban lebih dari 6 ribu orang. Untuk memastikan penanganan bencana berjalan dengan baik, Presiden Joko Widodo memerintah Kepala Staf Presiden Teten Masduki ke Kabupaten Pidie Jaya kemarin. Presiden juga memerintah seluruh aparat untuk bergerak sesuai otoritas masing-masing di bawah komando BNPB. Kloter pertama bantuan dari Jakarta sudah tiba di Banda Aceh tadi malam. Itu adalah bantuan dari TNI berupa fasilitas rumah sakit darurat, 24 personel medis militer, dan sekitar 80 personel pengada tenda. Semua diangkut dalam pesawat Hercules A-1327 yang berangkat pukul 19.37 WIB. ”Memang yang paling dibutuhkan adalah aspek kesehatan. Saya akan berangkat kloter terakhir. Jadi, saya harapkan saat saya tiba di sana, rumah sakitnya sudah berdiri dan pasien sudah datang,” kata Panglima TNI Gatot Nurmantyo saat melepas rombongan bantuan dari Bandara Halim Perdanakusuma tadi malam (7/12). Panglima rencananya berangkat ke Aceh bersama kloter yang berangkat pukul 23.00 tadi malam. Rencananya dibangun dua rumah sakit darurat tingkat 3. Setiap rumah sakit nanti bisa menampung 50 pasien. Di sana juga ada fasilitas kamar operasi. Basarnas dan BNPB memang sudah menyediakan fasilitas kesehatan darurat. Namun, rumah sakit tenda dan tenaga spesialis masih sangat kurang. Bantuan dari TNI itu akan sangat membantu. Saat gempa terjadi, Bupati Pidie Jaya Aiyub Ben Abbas dan Plt Gubernur Aceh Soedarmo sedang berada di Jakarta. Keduanya hadir dalam penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2017 dan Anugerah Dana Rakca di Istana Negara. Saat dikonfirmasi, Aiyub menyatakan, seluruh kawasan di Kabupaten Pidie Jaya terkena imbas gempa. Pihaknya sudah mendatangkan semua alat berat yang tersedia untuk keperluan pencarian dan evakuasi para korban. “Alat berat itu untuk membongkar semua bangunan yang roboh dan masih ada korban jiwa di dalamnya,” tutur Aiyub. Di tempat terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa Kapolda Aceh telah diinstruksikan untuk membantu masyarakat yang menjadi korban gempa secara maksimal. Tindakan pertolongan harus dilakukan secepatnya. ”Gunakan semua fasilitas Polri untuk melayani masyarakat Aceh,” kata Tito. Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Soedarmo resmi menetapkan status bencana gempa Pidie Jaya sebagai darurat provinsi. Keputusan itu diambil lantaran banyaknya korban jiwa serta kerusakan yang ditimbulkan. Gempa berdampak di tiga kabupaten, yakni Pidie Jaya, Bireun, dan Pidie. Status darurat tersebut diputuskan dalam rapat bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh. Para peserta rapat memutuskan menetapkan penanganan darurat selama 14 hari. Gempa yang mengguncang tiga kabupaten itu berpotensi menyebabkan gangguan fungsi layanan umum. ”Kami berharap masyarakat yang tinggal di kawasan bencana dan seluruh masyarakat Aceh pada umumnya untuk tidak panik dan tetap waspada,” kata Soedarmo. Pemerintah Aceh telah mengirimkan beragam bantuan kepada para korban. Hal tersebut melibatkan semua unsur seperti dinas kesehatan, sosial, cipta karya, dan bina marga. Gubernur juga memerintahkan pembangunan dapur umum dan tenda penampungan di lokasi terdekat dengan warga. ”Kami juga meminta untuk segera mengirimkan dokter bedah untuk memeriksa korban,” katanya. Rakyat Aceh (Jawa Pos Group) melaporkan, gempa di Pidie Jaya juga dirasakan hingga ke Pulau Simeulue. BPBD Simeulue meminta warga tetap waspada. ”Meskipun sempat dirasakan dan tidak ada dampaknya terhadap Simeulue, kami minta seluruh warga tetap waspada dengan gempa susulan,” kata Kepala BPBD Simeulue Ikhsan Mikaris. Antisipasi juga dilakukan pihak RSUD. ”Kami tingkatkan status menjadi siaga. Seluruh dokter tidak boleh lengah. Stok obat-obatan harus tersedia,” kata Dirut RSUD Simeulue Irwansyah.(mai/ahi/ara/JPG/ca/wan/byu/idr/c5/c10/ang/acd) Judul Sambungan : Tetapkan Masa Darurat 14 Hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: