Saham GOTO Masih Belum Berhenti Menyentuh ARB

Saham GOTO Masih Belum Berhenti Menyentuh ARB

Ilustrasi Pasar Saham dan Trading--

JAKARTA - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang merupakan emiten teknologi super app, saat ini masih berada di posisi terkoreksi dan terus berada di batas auto reject bawah (ARB).

Saham GOTO kembali turun 6,45% di posisi harga Rp 87 per saham hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini, Senin (12/12/2022). Mau tidak mau, saham GOTO kembali mendarat di batas ARB hari ini.

Pada Penawaran Umum Perdana (IPO) dan go public April lalu, saham GOTO sempat menjadi saham dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di atas PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). 

Saat itu kapitalisasi pasar TLKM mencapai Rp 454,7. Sedangkan kapitalisasi pasar GOTO mencapai Rp 464,27 triliun. Oleh karena itu, lokasi GOTO berada di atas TLKM.

Namun kini, kapitalisasi pasar GOTO menyusut drastis, dari sekitar Rp 361,23 miliar menjadi Rp 103,04 miliar. Saham GOTO kini terlempar dari posisi 10 besar dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa.

Selama 15 hari terakhir, saham GOTO terkoreksi dan menyentuh ARB selama 11 hari berturut-turut. Sedangkan selama sepekan terakhir saham GOTO turun 29,27%, sedangkan selama sebulan terakhir saham GOTO turun 57,35%.

Sedangkan dari harga IPO Rp 338 per saham hingga saat ini, saham GOTO turun 74,26%. Saat ini posisi GOTO berada di bawah saham emiten rokok yakni PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) yang kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 109,92 triliun.

Sebelumnya, dalam pengungkapan publik insidentil yang digelar Kamis lalu, manajemen GOTO membeberkan alasan sebenarnya di balik koreksi saham GOTO yang wajar sejak awal Desember dan mencegah kenaikan IHSG. 

Patrick Cao, Chairman GOTO Group, mengatakan fluktuasi harga saham perseroan terjadi seperti yang terjadi pada perusahaan publik (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Seperti halnya harga saham perusahaan publik lainnya, pergerakan tersebut merupakan mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sentimen pasar. Jadi tidak hanya kinerja perusahaan, juga tidak terbatas pada kondisi ekonomi makro, pasar modal, dan persaingan industri," ujarnya kemarin di Jakarta.

Patrick menjelaskan, dengan berakhirnya masa lock-up dari April hingga November yakni 8 bulan setelah perseroan mengajukan penawaran umum perdana (IPO), terjadi peningkatan jumlah saham beredar di pasar yang berarti terjadi peningkatan jumlah saham beredar di pasar. peningkatan transaksi perdagangan saham. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain investor awal yang masuk dengan harga saham yang lebih rendah memperoleh keuntungan. Kemudian, akhir periode investasi atau umur dana bagi investor keuangan, dan kebutuhan likuiditas akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya. Banyak dari variabel ini berada di luar kendali dan pengetahuan perusahaan.

Namun, GOTO saat ini sedang mencoba untuk menghasilkan keuntungan lebih cepat. Sejumlah strategi juga telah dikembangkan, seperti fokus pada bisnis inti. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: