Kisah Sujono, Pengidap Kanker yang Sempat Terpapar Covid-19: Telantar, Ditinggal Istri dan Dijauhi Keluarga

Kisah Sujono, Pengidap Kanker yang Sempat Terpapar Covid-19: Telantar, Ditinggal Istri dan Dijauhi Keluarga

SUPLAI - Petugas Puskesmas Tanjung memberikan suplai makanan ringan untuk membantu Sujono. SYAMSUL FALAQ/RATEG Sudah jatuh masih tertimpa tangga. Begitulah kiasan nasib yang dialami Sujono, 49. Buruh bangunan dua anak tersebut harus merasakan nasib telantar. Kondisinya memburuk setelah divonis kanker tiga tahun lalu. Apalagi penyakit di lehernya semakin membesar (bengkak-red). Bahkan menimbulkan rasa nyeri hingga Anemia setelah kanker kelenjar leher itu pecah. LAPORAN : SYAMSUL FALAK PENYAKIT Sujono dirasakan sejak awal 2017. Saat itu ia masih bekerja jadi kuli bangunan di Jakarta. Namun seiring tumbuhnya benjolan di leher, kesehatannya mulai menurun dan memutuskan pulang kampong, ke rumah ibunya di RT 4/4 Desa Tengguli, Kecamatan Tanjung. Atas saran ibu lalu periksa ke rumah sakit swasta di Brebes. ”Ternyata saya divonis kanker kelenjar leher. Hasil lab-nya disarankan operasi. Akhirnya saya operasi,” ungkap Sujono saat ditemui Radar. Setelah operasi penyakit kanker, benjolan di lehernya justru tumbuh lagi. Ia pun kembali berobat dan menjalani operasi kedua kalinya. Tak berhenti di situ. Sujono juga sempat dirujuk ke Purwokerto untuk mendapatkan perawatan medis. Termasuk satu kali operasi dan dua kali kemoterapi. ”Dua tahun berjalan. Sempat pulih tapi mulai kambuh lagi akhir 2019. Yang bikin nggak kuat rasa nyerinya,” ujarnya. Dengan benjolan yang semakin bengkak dan membesar, Sujono kembali berniat untuk berobat hingga tuntas. Terlebih ia sudah memiliki kartu keanggotaan BPJS Kesehatan. Dengan demikian, hanya membutuhkan biaya operasional saat cek ke dokter. Namun ia harus bersabar hingga Juni lalu. Sebab, baru mendapatkan jatah antrean operasi di RSUD Karyadi. ”Waktu mau operasi (di Karyadi-red). Ternyata diswab positif kena Covid-19. Akhirnya nggak jadi operasi malah dikarantina,” terang Sujono. Setelah menjalani karantina 32 hari di Semarang, Sujono dinyatakan sudah sembuh dan pulih serta diperbolehkan pulang. Dengan catatan harus kembali menjalani isolasi mandiri di rumah. Saat itulah konflik keluarga mulai muncul. Bahkan sempat dimediasi Kepala Dinkes dan Ketua Satgas Covid-19 Kecamatan Tanjung. Namun ia justru mendapat penolakan isolasi mandiri di rumah dari keluarganya. ”Ibu sementara pindah ke rumah kakak di belakang. Tapi adik dan ponakan saya memilih ngontrak. Jadi saya sendirian dan gak ada yang merawat di rumah,” tuturnya. https://radarbanyumas.co.id/akan-ujian-ikuti-tes-swab-mahasiswi-kedokteran-positif-terpapar-corona/ Nasib Sujono yang telantar dibenarkan kakaknya Rosiah, 59, yang masih membantu seadanya. Sebab, kondisi ekonominya sendiri juga tergolong kurang mampu. Terlebih adik kandungnya justru ditelantarkan keluarganya sendiri. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan hidup hanya bisa mengandalkan belas kasihan. ”Parahnya istrinya malah pergi. Adik saya yang semula satu rumah. Menghindar sama ponakan,” jelasnya. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kecamatan Tanjung drg Adhi Supriadi menyampaikan, berdasarkan hasil pemantauan secara rutin. Sujono dinyatakan sembuh karena sudah melewati masa isolasi mandiri. Yakni 10 hari setelah dipulangkan dari RS Karyadi. Bahkan setiap harinya dikontrol tim medis dari Puskesmas Tanjung. ”Status Covid-19 jelas sudah sembuh. Pak Sujono masih membutuhkan bantuan. Terutama finansial dan moril untuk penyembuhan kanker kelenjar lehernya,” ungkapnya. Adhi menambahkan, dengan kondisinya saat ini, Sujono sangat membutuhkan uluran tangan. Khususnya dari pihak desa, donatur hingga semua pihak agar pemulihan ekonomi dan biaya perawatan yang dibutuhkan bisa terpenuhi. Terlebih, satu anak perempuan Sujono masih perlu bantuan. Untuk melanjutkan sekolah dan mondok di Jawa Barat. (*/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: