Kepemimpinan Profetik

Kepemimpinan Profetik

Ilyas Rosyid Firdausi Presiden BEM KM UMP & Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Bertemunya setiap insan didalam sebuah komunitas menjadikan kita serba tidak bisa sendiri, rasa tidak bisa sendiri ini bisa diartikan kebutuhan sosial. Dalam kehidupan sosial tidak semuanya mencapai kehidupan sosial yang harmonis, perlu sistem yang mengatur supaya setiap hubungan tersebut adalah hubungan mutualisme dan menjunjung tinggi keadilan. Sistem keadilan itu sudah di perintahkan kepada kita yang di sampaikan melalui وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ “..dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil..” (Al quran surat An – Nisa ayat 58) Makna dalam sebuah kata adil yaitu di tengah – tengah, tidak berat sebelah, jujur dan tulus. Secara bahasa bisa di maknai demikian. Akan tetapi memaknai serta mengamalkan dari sebuah perintah berbuat adil kepada setiap manusia lebih efektif dan efisien jika itu dilaksanakan oleh pemimpin. Seperti yang di perintahkan Allah dalam hadits mengenai kepemimpinan. وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829) Kepemimpinan mampu memberikan dampak yang lebih luas dan dalam jangka panjang ketika mengamalkan sebuah keadilan, naik turunya harga kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan serta BBM itu bisa di tentukan dengan kebijakan pemerintah. Tidak semua orang paham mengenai konsep beramal efektif padahal efeknya bisa menghadirkan amal jariyah yang sangat panjang apabila kita bisa berbuat adil kepada setiap orang melalui kepemimpinan. Secara jelas, Al quran memberikan perintah kepada manusia untuk menjadi pemimpin. 1. Ibadah “Ibadah” secara bahasa adalah bakti kepada Allah melalui apa yang telah di perintahkan, akhir – akhir ini masih banyak di jumpai bahwasanya memaknai ibadah adalah hanya sekedar menjalankan “rukun islam dan rukun iman saja”. Padahal makna ibdah sangat luas dan tidak tebatas hanya itu saja. Contohnya “ Ketika kita sedang melakukan lari di setiap pagi untuk menjaga kebugaran serta kesehatan jasmani kemudian di niatkan juga ketika kita menjaga kesehatan kita, kita akan gunakan untuk lebih giat dalam beribadah” dengan demikian kita bisa memaknai sebuah ibadah lebih luas yang di tinjau dari awalnya yaitu dari segi niatanya. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran tentang ibadah. Allah Ta’ala berfirman. وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Surat Az-Zariyat Ayat 56). Perintah Allah tersebut tidak spesifik hanya kepada ibadah mahdah saja akan tetapi ibadah ghairu mahdah juga terdapat didalamnya. 2. Khilafah Khalifah adalah sebuah sistem kepemimpinan yang pernah di rumuskan dahulu pada jaman Rasulullah SAW. Pergeseran makna khalifah sering di artikan menjadi konotasi yang negatif karena stigma yang beredar di kalangan masyarakat yaitu kepemimpinan sebuah negara yang otoriter dan kejam serta oligarki. Sangat salah apabila diartikan seperti itu, karena makna khalifah bukan hanya terbatas menjadi pemimpin di sebuah negara akan tetapi setiap orang bisa menjadi pemimpin di jenjang kehidupanya masing – masing. Allah ta’ala berfirman, وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah ayat 30). Setelah kita mendapatkan perintah untuk beribadah secara penuh dari pertamakali kita membuka mata setelah bangun tidur, maka perintah kedua lebih spesifik yaitu menjadi pemimpin. 3. Rahmat Rahmat bisa diartikan bentuk kebaikan, kontribusi, kebermanfaatan, kepada seluruh manusia dan juga kepada semua tempat tidak bisa dibatasi dengan dimensi ruang dan waktu, maka dari itu kebermanfaatan islam bisa dirasakan seluruh makhluk hidup dari semua elemen, entah itu manusia, hewan, juga tumbuhan serta semua yang ada di dalam semesta ini. Sebagaimana yang disampaikan didalam Al quran, Allah berfirman, وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Surat Al-Anbiya Ayat 107). Menjadi pemimpin adalah sebuah perintah Allah yang diturunkan kepada setiap muslim akan tetapi jangan dimaknai simpel hanya sekedar memimpin orang, tapi selain kita harus tahu tujuan dalam memimpin kita juga harus tahu alasan kenapa kita memimpin. Beribadah adalah pokok utama kita menjadi pemimpin, jadi kepemimpinan kita memiliki tujuan untuk beribadah kolektif, kemudian setelah menjadi pemimpin maka dampak keadlilan kita harus dirasakan pada setiap elemen kehidupan yang ada di alam semesta ini. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: