Rektor Unsoed Raih Penghargaan Pemulia Terbaik
PURWOKERTO - Universitas Jenderal Soedirman / Unsoed kembali mendapatkan peneguhan publik terhadap karya varietas unggul yang dihasilkan. Kali ini, Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai penyelenggara seleksi Indonesian Breeder Award tahun 2019 memilih Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. sebagai Pemulia Terbaik Bidang Tanaman Pangan berdasarkan penilaian dewan juri. Bertempat di IPB International Convention Center, 10 Oktober 2019, IPB menggelar Seminar Nasional dan Indonesian Breeder Award tahun 2019. Kegiatan utama meliputi Seminar nasional dan diskusi paralel oleh para pemakalah dan penghargaan terhadap para pemangku kepentingan yang telah mendedikasikan dalam hal penyediaan benih berkualitas tinggi. Prof. Suwarto yang saat ini menjabat sebagai Rektor Unsoed terpilih sebagai Pemulia Terbaik Bidang Tanaman Pangan atas dedikasi beliau dalam menghasilkan dan mengembangkan varietas unggul bagi pertanian Indonesia. Deratan varietas unggul karya Prof. Suwarto yang mengukuhkan dedikasi beliau meliputi varietas yang telah dilepas sebagai varietas unggul nasional dan varietas yang mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Adapun varietas tersebut adalah kedelai varietas Slamet dan varietas Sindoro yang dirakit bersama Prof. Dr. Ir. Sunarto, M.S dan Dr. Ir. Noor Farid, M.Si., padi varietas Inpago Unsoed 1 yang dihasilkan bersama Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M,P., Ph.D., varietas Inpago Unsoed Parimas, bersama Ir. Hartati dan Agus Riyanto, M.Si. Sedangkan galur hasil pemuliaan tanaman yang telah mendapatkan Hak PVT adalah Inpago JSPGA 136,Inpago JSPGA 9 dan Inpago Unsoed 1 yang dihasilkan bersama Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M,P., Ph.D dan Unsoed Fe-27, atas nama beliau sendiri. Aspek penilaian yang menjadi kekuatan rekam jejak Prof. Suwarto dalam penilaian juri Indonesian Breeder Award 2019 selain jumlah varietas yang dihasilkan adalah keunikan dan pemanfaatannya di masyarakat. Selaras dengan visi misi Fakultas Pertanian Unsoed, Guru Besar Fakultas Pertanian bersama tim pemulia fokus merakit dan menghasilkan varietas-varietas unggul yang sesuai untuk lahan marginal dan memiliki keunggulan sebagai pangan fungsional, diantaranya toleran tanah masam, toleran terhadap kekeringan, toleran cekaman Al, dan memiliki kandungan Fe tinggi. Hilirisasi dan luasnya pemanfaatan varietas yang dihasilkan bagi masyarakat juga menjadi aspek penting dalam penilaian dewan juri. Salah satu varietas unggul rakitan Prof. Suwarto bersama Prof. Totok Agung D.H. yakni Inpago Unsoed 1 yang terkenal sebagai padi gogo aromatik yang tahan terhadap kekeringan telah ditanam petani di tiga puluhan provinsi di Indonesia. Kedelai Slamet yang merupakan varietas unggul pertama yang dihasilkan perguruan tinggi pada tahun 1995 juga banyak dikembangkan pada sepuluh tahun pelepasannya sebagai varietas unggul nasional, termasuk oleh alumni yang mengembangkannya pada skala industri dan menyebarluaskannya di masyarakat. Padi gogo aromatik Inpago Unsoed 1 yang dilepas pada tahun 2011 memiliki daya hasil tinggi di lahan kering dan sangat tinggi di lahan sawah, juga memiliki kualitas hasil yang tinggi (pulen dan wangi), sehingga harga jual berasnya tinggi. Padi ini juga responsif terhadap pertanian sistem organik. Pengembangan produksi di daerah-daerah berlahan kering luas dan pengembangan agroindustri berasdi berbagai lokasi pengembangan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui dua jalur, yaitu peningkatan produktivitas lahan (IP 100 mnjadi IP 200 atau 300 untuk lahan-lahan kering dan sawah tadah hujan), dan peningkatan pendapatan petani (oleh produksi tinggi dan harga jual tinggi). Pengembangan agroindustri beras dan produksi benih yang melibatkan kelompok masyarakat tani dan perusahaan mampu menggerakkan ekonomi di berbagai daerah, beberapa diantaranya di provinsi Gorontalo, Jabar (Sukabumi), Jateng (Sragen) dan lain-lain yang memberikan sumbangsih nyata bagi ketahanan pangan nasional serta pertumbuhan ekonomi nasional. Inpago Unsoed Parimas yang berdaya hasil tinggi di lahan kering (9,4 t/ha) memberikan kontribusi bagi penyediaan benih padi gogo produksi tinggi di lahan kering dan penyediaan beras fungsional bagi masyarakat karena kandungan Fe-nya yang tinggi. Meningkatnya produksi padi di lahan kering mampu memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Luasnya jangkauan tersebut hanya bisa tercapai karena banyak pihak yang mendukung, baik alumni, pemerintah daerah maupun industri. Sejatinya tugas pemulia dan peneliti selesai setelah varietas dilepas, mendiseminasikan selanjutnya menjadi ranah publik pengembangannya baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun industri agar kemanfaatannya sampai kepada sasaran utama pembangunan pertanian, yaitu kesejahteraan petani. Prof. Suwarto yang berhalangan hadir dalam penganugerahan Indonesian Breeder Award 2019 karena sedang berada di Jepang dalam kaitan tugas sebagai Rektor Unsoed menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Institut Pertanian Bogor yang telah menyelenggarakan apresiasi bagi pemulia, profesi yang semakin langka.(*/acd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: