Warga Terdampak Jalan Tol Dapat Ganti Untung Miliaran, Beli Kapling dan Bangun Rumah, Rute Semarang-Demak
Pembangunan jalan tol Semarang-Demak tengah dikebut. Proyek ini melintasi tanah warga, tambak dan laut. (Wahib Pribadi/Jawa Pos Radar Semarang) Demak – Warga yang tanahnya tergusur tol mendadak menjadi orang kaya baru. Ada yang menerima ganti untung hingga miliaran rupiah. Namun yang tanahnya dibebaskan sebagian, mengaku rugi. Proyek jalan tol Semarang – Demak menggusur sejumlah desa di Kabupaten Demak. Total lahan yang dibutuhkan mencapai 1.887.000 meter persegi. Paling banyak lahan dibebaskan di wilayah Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung. Di desa ini ada 514 bidang tanah yang dibebaskan. Dalam proses pembebasan lahan, sebagian warga sebelumnya sempat melakukan protes dan unjuk rasa lantaran tidak ada kesepakatan harga tanah yang dibebaskan. Sujadi dari Kantor Pertanahan Demak menyampaikan, untuk kebutuhan jalan tol itu, pembebasan lahan sejak awal telah dilakukan hingga sekarang. “Kita bertugas membantu membebaskan lahan untuk jalan tol ini agar pelaksanaan bisa lancar dan tepat waktu,”ujarnya. Yang masih menjadi kendala adalah pembebasan lahan yang direndam air rob atau air laut di wilayah Desa Sidogemah dan Bedono, Kecamatan Sayung. Masalah tersebut, secara perlahan diselesaikan pemerintah melalui sosialisasi di masyarakat. Pembebasan lahan untuk jalan tol Semarang-Demak dilakukan sesuai kebutuhan. Karena itu, ada lahan warga yang tidak dibebaskan secara penuh atau hanya dibebaskan setengahnya. Ini seperti dialami sejumlah warga di RT 2 RW 2, Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung. Soleh, 32, warga setempat menuturkan, rumah yang dijadikan tempat tinggal bersama orang tuanya (Rokani) hanya dibebaskan sebagian. “Jadi, hanya bagian depan rumah yang kena,”katanya saat ditemui Jawa Pos Radar Semarang. Meski demikian, warga mendengar akan ada pembebasan lahan lagi, utamanya yang dekat dengan exit tol Sidogemah. “Keluarga saya dapat ganti rugi Rp 400-an juta,”katanya. Sedangkan, warga lain ada yang dapat Rp 800 juta dan Rp 300 juta. Di desanya juga ada yang dapat ganti untung hingga Rp 2 miliar lebih. Tergantung luas lahan atau tanah dan bangunan. Pohon pohon juga ikut dibebaskan. Menurutnya, pembebasan lahan yang hanya sebagian bisa menimbulkan persoalan. Karena uang ganti rugi tidak cukup untuk membangun atau membeli rumah lagi. Soleh menambahkan, banyak warga Desa Sidogemah yang setelah dapat uang ganti rugi kemudian dibelikan tanah kapling dan membangun rumah. Antara lain, membangun rumah di Kudu, Genuk, Tambakroto Sayung dan lainnya. Meski pembebasan lahan hanya sebagian, warga bersyukur. Lantaran lahan di Desa Sidogemah rata-rata sudah terkena air rob. Desa ini sudah kena rob sejak 2012. Rubiah, 55, warga lainnya menuturkan, keluarganya dapat ganti rugi Rp 800 juta dari pembebasan lahan tol. “Rumah saya juga kena separonya. Teras rumah dan tempat usaha bengkel. Kita berharap ada pembebasan lahan lagi. Infonya untuk pelebaran sekitar tol 5 sampai 17 meter untuk mengganti jalan kampung dan sungai yang diuruk tanah untuk tol,”ujarnya. https://radarbanyumas.co.id/bangun-jalan-tol-bandung-cilacap-cilacap-kehilangan-530-hektar-sawah/ Menurutnya, sebagai warga memang berharap lahan yang dimiliki dibebaskan penuh. Dengan demikian, kompensasinya bisa lebih besar. “Uang ganti rugi yang kita terima buat bangun rumah lagi,”katanya. Seperti diketahui, secara teknis, pembangunan jalan tol itu semula dimulai dari arah timur. Utamanya dari wilayah Kecamatan Karangtengah kemudian disambungkan dengan di wilayah Kecamatan Sayung. Karena pandemi Covid-19, pembangunan sempat terganggu dan molor dari rencana semula dari 2019 hingga 2021. Karena itu, penyelesaian ditargetkan ulang. Untuk ruas Demak-Sayung selesai pada Oktober 2022 ini. Sedangkan, sisanya untuk ruas Sayung-Semarang ditargetkan selesai 2024. Paiman dan istrinya di depan rumah barunya di Sidogemah Raya, Kelurahan Kudu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. (ADDIN ALFATH/JAWA POS RADAR SEMARANG) Bangun Rumah Baru, Aman dari Rob Paiman, salah satu warga yang mendapat ganti untung pembangunan jalan tol Semarang- Demak. Kini, ia berpindah ke kampung Sidogemah Raya RT 01 RW 09 Kelurahan Kudu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Dia mengaku, sebagian besar warga puas dengan ganti untungnya. Meskipun ada sebagian kecil masyarakat yang merasa kurang sesuai. Ia mendapat ganti untung tanah rumahnya dengan harga Rp 800 ribu per meter. Jika dijual harga normal biasa di waktu sekarang hanya senilai Rp 200 ribu per meter. Tanah miliknya yang terkena proyek tol seluas 440 meter. Terdiri dari dua rumah dan dua kos-kosan. Paiman mendapatkan ganti untung Rp 1,8 miliar. Uang ini digunakan untuk membangun dua rumah di kampungnya sekarang. Warga yang berpindah ke Kampung Sidogemah Raya adalah kelompok terbanyak. Kedua ke Sayung, ketiga ke Tambak Roto, sementara lainnya berpencar. Paiman merasa diuntungkan dengan proyek pembangunan tol Semarang-Demak. Sebab, rumah lamanya sudah jelek dan berada di kawasan rob. Dia pindah ke rumah baru yang lebih aman dari rob. Hanya saja kerugian terletak pada kehilangan pekerjaan. Sehingga pemasukannya menjadi berkurang. “Saya kehilangan penghasilan. Dulu punya kos-kosan dengan 6 kamar, sekarang sudah tidak ada,” bebernya. Selain itu madih ada tanahnya yang belum dibayar. Tanah yang belum terbayar miliknya hanya dihargai Rp 200 ribu per meter sehingga dia belum mau melepas. Tanah itu seluas 2.500 meter. Dihargai Rp 550 jutaan. “Kalau dikalkulasi per meter hanya Rp 160 ribu, ditambah nonfisik sehingga rata-rata Rp 200 ribu,” terangnya. Sang istri juga kehilangan pekerjaan. Semula bikin jajanan dititipkan ke sekolah-sekolah, kini berhenti. Warga lain tidak jauh berbeda. Ada yang dulu memiliki warung cukup besar, karena pindah akhirnya pendapatan berkurang. Sebab, di rumah lama, lokasinya berada di tepi jalan, sementara di rumah baru, jauh dari jalan raya. Paiman adalah pensiunan guru. Sehingga masih ada pemasukan bulanan untuk kehidupan sehari-hari. Fasilitas masjid juga dibawa ke lokasi kampung baru mereka. Dulu tanah masjid di kampung lama habis dan mendapat ganti Rp 1,8 miliar. Untuk beli tanah masjid di Kampung Sidogemah Raya menghabiskan dana Rp 1,6 miliar. Tanahnya seharga Rp 1 juta per meter, luasnya 1600 meter. Masih sisa Rp 200 juta. Kemudian diserahkan pihak tol dan dibangunkan masjid di Kampung Sidogemah Raya. Dia memperkirakan untuk pembangunan masjid menghabiskan sekitar Rp 1,2 miliar. “Untungnya, di sana rob, di sini bisa mentas,” tutupnya. Terkendala Sebidang Tanah di Kendaldoyong Pembangunan jalan tol Demak-Sayung yang dikerjakan PT Pembangunan Perumahan (PP) hingga kini sudah mencapai 80 persen. Ditargetkan selesai pada Oktober mendatang. Humas PT PP untuk pembangunan jalan tol Semarang-Demak Roby Suwarna menyampaikan, sekarang ini pembangunan sedang berlangsung di wilayah Desa Karangrejo, Kecamatan Karangtengah hingga Kelurahan Kadilangu, Kecamatan Demak Kota. “On progress di Karangrejo dan Kadilangu,”ujar Roby. Menurutnya, pembangunan betonisasi permukaan jalan Karangtengah sampai Sayung juga telah dilakukan. Kini, PT PP tinggal fokus menyelesaikan untuk ruas tol Karangrejo hingga Kadilangu. Menurutnya, untuk ruas itu masih ada kendala 1 bidang tanah yang belum bebas. Yaitu, di wilayah Desa Kendaldoyong. “Masih menunggu putusan Pengadilan Negeri (PN) Demak. Selain itu, sudah bebas semua,”katanya. Humas PT Wijaya Karya (Wika), Tjutjuk menambahkan, untuk pembangunan tol Semarang-Demak paket 2 yang ditangani PT Wika kini sedang konsentrasi pembangunan jembatan mainroad (jalan utama) Sayung. Selain itu, membangun stressing bed atau pemasangan besi tulang penguat girder sepanjang 40,8 meter. Hingga kini sudah 79 persen. https://radarbanyumas.co.id/ini-cara-menghasilkan-uang-rp1-miliar-dengan-gaji-yang-hanya-umr/ “Untuk mainroad Sayung sedang kita selesaikan, termasuk pemasangan tiang pancangnya,” ujar Tjutjuk. Hal lain yang dibangun adalah kantor Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Yaitu, fokus pada pekerjaan pembuatan fondasi. Antara lain, pemancangan spun pile 600 mm, timbunan dan lainnya. Juga pengerjaan beton bertulang, baik untuk struktur bawah, lantai 1,2,3, atap serta tangga. “Untuk sementara, pembangunan berhenti mulai 29 April hingga 8 Mei terkait lebaran Idul Fitri,”katanya. (hib/din/lis/radarsemarang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: