Indonesia - Turki Jalin Kesepakatan, Jajaki Tempat Peluncuran Roket
Tepi laut seakan jadi kawan akrab dari tempat peluncuran roket, seperti tampak dari salah satu fasilitas paling terkenal di Amerika Serikat ini, yaitu Cape Canaveral. Foto: Internet JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyampaikan, bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan akan mengunjungi Indonesia tahun depan untuk bertemu dengan Presiden Joko widodo. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, lawatan Erdogan ke Jakarta nanti merupakan kunjungan balasan setelah Jokowi menemuinya di Ankara, Turki, pada 2017 lalu. https://radarbanyumas.co.id/cina-sembunyikan-misi-pesawat-ruang-angkasa/ "Kunjungan (Erdogan) ini akan menandai peningkatan hubungan Indonesia-Turki ke tatanan baru," kata Retno di Jakarta, Selasa (22/12). Retno menjelaskan, bahwa salah satu tujuan dari kunjungan Erdogan ke Jakarta nanti akan berfokus membahas penjajakan pembentukan Dewan Strategis Tingkat Tinggi. "Dewan tersebut akan menjadi forum bagi pemimpin kedua negara membahas isu strategis bilateral hingga isu regional serta global yang menjadi perhatian Ankara dan Jakarta," ujarnya. Retno menambahkan, kemitraan Indonesia-Turki terus menguat dalam beberapa tahun terakhir terutama dalam sektor ekonomi dan pertahanan. Selain itu, Indonesia dan Turki tengah menjajaki kerja sama membangun tempat peluncuran roket (spaceport building), satelit, dan kendaraan peluncur satelit. "Selain tempat peluncuran roket dan satelit, Ankara dan Jakarta juga sepakat melakukan kerja sama di bidang industri dirgantara, mobil elektrik, dan teknologi medis, serta farmasi," imbuhnya. Turki dan Indonesia, katanya, juga tengah merampungkan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (IT CEPA). Ia memaparkan kedua negara menargetkan perundingan IT CEPA selesai pada 2021. Sementara itu, Retno juga menyambut investor Turki yang semakin banyak menaruh minat menanamkan modal di Indonesia. Beberapa proyek yang melibatkan investor Turki dan tengah dibahas adalah proyek bidang perkapalan, pertanian,d an infrastruktur. "Saya juga menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri Turki mengenai UU Cipta Kerja yang baru saja diberlakukan, yang saya yakini dapat menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif bagi investasi Turki di Indonesia," kata Retno. Retno juga mencatat keterlibatan delapan tenaga ahli Indonesia dalam tim yang menemukan 320 miliar meter kubik cadangan gas alam di lepas pantai Laut Hitam di Turki pada Agustus lalu. "Dan sebagai negara dengan pengalaman yang lama di bidang industri gas, saya menyampaikan kepada Menteri Menlu Turki kesiapan BUMN Indonesia untuk bekerja sama dan membantu pengembangan industri gas di Turki," kata Retno. Sementara itu, Menlu Cavusoglu mengatakan Indonesia merupakan mitra kunci Turki di Asia Tenggara. Menurutnya, kerja sama RI-Turki khususnya dalam bidang ekonomi dan pertahanan terus meningkat. "Kedua negara mendapat banyak keuntungan dari kerja sama industri pertahanan. Turki telah banyak menanamkan modal dalam sektor ini dan nyatanya kualitas produk terbaik dengan harga yang kompetitif serta tidak ada hambatan politik," kata Cavusoglu. Sepakat Mendukung Palestina Bukan hanya sepakat dalam hal ekonomi dan pertahanan saja, Turki dan Indonesia juga menegaskan kembali komitmen kedua negara untuk selalu mendukung Palestina. "Kami sepakat isu Palestina harus diselesaikan berdasarkan berbagai Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan parameter yang disepakati secara internasional, termasuk solusi dua negara," kata Retno Dalam tiga bulan terakhir, empat negara terdiri dari Bahrain, Uni Emirat Arab, Sudan, dan Maroko sepakat normalisasi hubungan dengan Israel. Padahal, selama ini sebagian besar negara Arab dan negara mayoritas Muslim memutus hubungan dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Israel juga dikabarkan tengah membujuk Oman dan Indonesia untuk menyepakati normalisasi hubungan. Namun, Jakarta membantah adanya upaya normalisasi hubungan dengan Tel Aviv. Indonesia menekankan, bahwa perdamaian dan stabilitas Timur Tengah merupakan persyaratan bagi pemulihan global pasca-pandemi virus corona. Indonesia dan Turki juga sepakat bekerja sama dalam memperkuat Kerja Sama Organisasi Islam (OKI) untuk menyelesaikan berbagai tantangan di dunia Islam dan kesejahteraan umat. "Hari ini, sayangnya ummah tengah menghadapi ancaman dari kebangkitan sentimen anti-Islam atau Islamofobia dan senofobia. Kedua negara akan terus bekerja sama untuk mendukung umat Muslim dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut," kata Cavusoglu. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: