Virus Varian Baru Corona Mulai Menyebar

Virus Varian Baru Corona Mulai Menyebar

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan kepada negara-negara dunia, khususnya negara mitranya di Eropa untuk meningkatkan tindakan pencegahan melawan virus corona terkait remuan varian baru di Inggris. Berdasarkan catatan WHO, sejauh ini ada 11 kasus virus corona varian baru di luar Inggris, sembilan berada di Denmark, satu di Belanda, dan satu lagi di Australia. "Di seluruh Eropa, di mana penularannya intensisf dan meluas, negara-negara perlu melipatgandakan pengawasan dan pencegahan," kata juru bicara WHO untuk Eropa, dikutip dari AFP, Senin (21/12/2020). https://radarbanyumas.co.id/varian-baru-virus-corona-ditemukan-di-afrika-selatan/ Badan PBB itu juga mendesak anggotanya di seluruh dunia, untuk lebih meningkatkan penelitian terhadap virus SARS-CoV-2. "Jika memungkinkan serta berbagi data, khususnya jika menemukan mutasi," ujarnya. Menurut temuan WHO, tanda-tanda awal menunjukkan varian baru ini bisa menular lebih mudah. "Informasi awal varian tersebut dapat memengaruhi kinerja beberapa diagnostik (tes)," bunyi pernyataan. Namun sejauh ini, belum ditemukan bukti bahwa orang yang terinfeksi varian baru virus corona mengalami penyakit lebih parah. "Ini juga sedang diselidiki," ujar pernyataan. Pekan lalu, Eropa menjadi kawasan pertama di dunia yang angka kematian akibat Covid-19 menembus 500.000 orang sejak pandemi. Secara total, virus corona telah merenggut lebih dari 1,6 juta nyawa di seluruh dunia. Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock menyatakan, tidak bisa menjamin akan sampai kapan pembatasan sosial COVID-19 akan berlangsung di Inggris. Menyusul munculnya varian baru COVID-19 di Inggris yang disebut lebih ganas karena 70 persen menyebar dengan lebih cepat. "Melihat seberapa cepat varian baru COVID-19 ini menyebar, akan sangat sulit untuk mengendalikannya hingga vaksinasi beres," ujar Matt Hancock, dikutip dari kantor berita Reuters. Beberapa negara Eropa pada Minggu (20/12/2020) juga menghentikan semua penerbangan dari Inggris setelah varian baru virus corona di negara itu menyebar di luar kendali. Hal itu sebagai respon atas beredarnya varian baru COVID-19. Adapun penutupan tersebut tidak terbatas pada pendatang yang datang lewat jalur udara saja, tetapi juga yang datang lewat jalur darat seperti kereta. Salah satu negara yakni Italia akan menghentikan dulu penerbangan dari Inggris untuk memastikan virus baru itu tidak masuk. Selain itu, pendatang manapun yang dua pekan terakhir melakukan perjalanan ke Inggris juga akan ditolak. "Varian baru COVID-19 yang ditemukan di Inggris sungguh mengkhawatirkan dan akan diiinvestigasi oleh para peneliti kami. Kami mengutamakan kehati-hatian," ujar Menteri Kesehatan Italia, Speranza, Ahad, 20 Desember 2020. "Penutupan yang sama tidak berlaku untuk perjalanan menuju Inggris. Warga-warga Inggris yang berada di Italia tetap bisa pulang seperti biasa," sambungnya. Selain Italia, negara Eropa lainnya yang menutup pintu untuk Inggris adalah Belgia. Pemerintah Belgia menyatakan telah menutup perbatasan darat dan udara untuk perjalanan apapun dari dan ke Inggris. Hal tersebut termasuk layanan kereta Eurostar yang terkenal itu. "Penutupan akan mulai dilakukan 24 jam sejak Senin dini hari waktu setempat. Adapun koordinasi dengan Prancis juga tengah dilakukan mengingat kereta dari Inggris melewati Prancis," kata Perdana Menteri Belgia, Alexander de Croo. Pemerintah Jerman pun ikut melakukan hal yang sama. Semua penerbangan dari Inggris akan dilarang per Senin ini hingga 6 Januari nanti. Perlakuan serupa juga akan diberlakukan ke Afrika Selatan karena varian baru COVID-19 juga terdeteksi di sana. Dengan adanya penutupan-penutupan tersebut, masa transisi Brexit seperti berakhir lebih cepat untuk Inggris. Sejatinya, masa transisi Brexit akan berakhir pada 31 Desember nanti di mana Inggris secara resmi keluar dari blok Uni Eropa. Per berita ini ditulis, negosiasi Brexit masih berjalan. Sejumlah negara Eropa sudah meminta Uni Eropa untuk memberikan arahan bagaimana sebaiknya mereka merespon situasi di Inggris. Jika tidak ada, negara-negara Eropa, yang belum menentukan sikap, mengancam akan mengambil tindakan secara sepihak. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: