Yaman Dituding Serang Instalasi Minyak Arab Saudi
Foto: Afp RYAD – Produksi minyak Arab Saudi, kembali terganggu dengan adanya serangan awak pesawat yang diduga dilakukan pemberontak Yaman, kemarin (15/9). Sementara Amerika Serikat yang menuduh Iran bertanggung jawab atas aksi tersebut. Ya, ini merupakan serangan ketiga dalam lima bulan terahir. Infrastruktur raksasa minyak, milik Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman itu pun vakum dan tak bisa beroperasi. Dan hampir 50% dari total produksi Aramco tak bisa menyuplai minyak dunia. Padahal dalam per hari mampu menghasilkan 5,7 juta barel, atau sekitar 5% dari produksi minyak mentah harian dunia. “Amerika Serikat mengecam keras serangan hari ini pada infrastruktur energi penting. Tindakan kekerasan terhadap wilayah sipil dan infrastruktur vital bagi ekonomi global hanya memperburuk konflik dan ketidakpercayaan,”terang Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih. Terpisah, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bahkan lebih eksplisit menuding Iran menjadi negara yang paling bertangungjawab. “Iran telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi global,” katanya. “Kami menyerukan semua negara untuk secara terbuka dan tegas mengutuk serangan Iran, dan Amerika Serikat akan bekerja dengan mitra dan sekutu kami untuk memasok pasar energi dan meminta pertanggungjawaban Iran atas agresi,” imbuhnya. Sementara itu, tim keamanan Aramco turun tangan untuk memadamkan api di Abqaiq dan Khurais, dan kedua kebakaran itu dikendalikan. Investigasi dibuka dan pihak berwenang memperketat keamanan di sekitar dua situs yang ditargetkan, mencegah wartawan mendekati. Untuk diketahui, lokasi yang diserang berjarak 60 km barat daya Dahran, markas utama raksasa minyak itu. Dahran, merupakan ladang minyak utama perusahaan publik. “Bergantung pada tingkat kerusakan dan kemungkinan kerusakan, Aramco akan menggunakan rencana daruratnya dengan menarik stoknya,” Samir Madani, salah satu pendiri situs pemantauan maritim Tanker Trackers, kepada AFP. “Mungkin ada gangguan pasokan jika kerusakan Abqaiq signifikan,” imbuhnya. Serangan itu dikutuk oleh beberapa negara Teluk Arab dan Mesir. Dalam sebuah pernyataan, utusan PBB Yaman Martin Griffiths mengatakan eskalasi militer baru-baru ini sangat mengkhawatirkan dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri untuk menghindari membahayakan proses negosiasi yang diprakarsai oleh PBB. Menurut para ahli, serangan oleh pemberontak Yaman menunjukkan bahwa mereka memiliki senjata canggih dan menimbulkan ancaman serius bagi Arab Saudi dan terutama pada fasilitas minyaknya. Sebelumnya pada 17 Agustus lalu, Houthi mengatakan telah melakukan serangan menggunakan sepuluh pesawat tanpa awak, yang terbesar diluncurkan di Arab Saudi, khususnya di ladang Shaybah (timur), yang menyebabkan kebakaran Aramco. (ful/fin/acd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: