Tak Gentar Hadapi Intimidasi Rossi

Tak Gentar Hadapi Intimidasi Rossi

Siapapun rival Valentino Rossi berarti dia harus siap menjadi public enemy alias musuh bersama. Fans the Doctor yang loyal dan banyak jumlahnya itu tersebar di seluruh dunia. Mereka siap menghancurkan mental musuh-musuh Rossi di dalam dan di luar sirkuit. Tahun ini Jorge Lorenzo dan Marc Marquez merasakannya. Setelah seri Australia, dimana Rossi menuduh ada konspirasi antara kelompok rider Spanyol untuk menjegalnya meraih juara dunia, fans Rossi di seluruh dunia marah tanpa perlu dikomando. Di Sepang, Malaysia saat para rider berdiri di grid dan diperkenalkan satu persatu oleh announcer, ribuan penggemar Rossi langsung berteriak "huuu" saat nama Lorenzo disebut. Pun Marquez. Bagi rider yang tak kuat mental tentu sambutan tersebut akan mengganggu konsentrasinya ketika balapan. Bukan cuma di atas sirkuit. Di media sosial serangan itu juga bertubi-tubi. Rider Ducati Andrea Iannone diserbu penggemar Rossi karena dianggap mengganggu laju motornya di Australia. Saat terjadi pertarungan empat rider: Marquez, Lorenzo, Rossi, dan Iannone, akhirnya the Doctor gagal meraih podium. Konflik segitiga sepanjang musim 2015 itu membuat Lorenzo belajar banyak menghadapi tekanan. Dia mengaku sudah tak mudah terintimidasi dengan situasi yang menekannya di saat balapan. "Setiap orang di dunia ini berjuang melawan dunia," ucap pembalap Majorca itu saat ditanya apakah menghadapi dukungan untuk Rossi sama dengan melawan dunia. Lorenzo menyebut wajar jika Rossi punya pendukung loyal dengan jumlah sangat besar. "Dengan karir dan personalitinya, hingga semua prestasi yang telah dicapai, Valentino telah memang berhak atas penggemar yang jauh lebih besar daripada kami," katanya dikutip Autosport. Fans, dimanapun, akan membuat keriuhan di dalam sirkuit karena mereka ingin mendukung idolanya dengan cara berbeda. Meski begitu Lorenzo merasa tak terpengaruh dengan aksi mereka. "Aku tetap tenang dengan pendukungku. Aku dengar mereka berteriak, tapi itu tidak akan mengubah kehidupanku, kebahagiaanku, prestasiku," tandasnya. Pembalap 28 tahun tersebut juga tidak merasa Yamaha memberikan perlakuan berbeda kepada kedua rider-nya. Sejak awal bergabung dengan pabrikan Jepang itu di MotoGP pada 2008, Lorenzo merasa selalu mendapat motor yang sama dengan Rossi. Bahkan ketika rider Italia tersebut masih menjadi pembalap utama. "Aku merasa terlindungi bersama Yamaha. Kini aku sudah mencapai targetku menjadi legenda Yamaha. Meraih lima gelar juara dunia secara keseluruhan, tiga di antaranya di kelas MotoGP. Sama dengan legenda seperti Wayne Rainey, sahabatku Kenny Roberts Senior, dan di dunia balap dunia Ayrton Senna," bangganya. Karena itu pula dia merasa Yamaha adalah rumah yang tepat untuk terus mengejar gelar juara dunia berikutnya. Baik tahun depan atau musim-musim setelahnya. "Setiap perkawinan selalu saja ada momen-momen pertentangan. Tapi mimpiku adalah pensiun di Yamaha tanpa harus berpindah ke tim lain," tuturnya. (cak)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: