Manchester City Butuh Empat Tahun Untuk Merayu Manuel Pellegrini

Manchester City Butuh Empat Tahun Untuk Merayu Manuel Pellegrini

MANCHESTER – Manchester City tidak perlu menunggu lama-lama untuk Roberto Mancini. Begitu juga ketika meminta Manuel Pellegrini untuk menjadi nahkoda klub berjuluk The Citizens itu. Tetapi, tidak untuk Josep Guardiola. Butuh waktu hampir empat tahun menunggu kedatangan Pep di Etihad – markas City. Tepatnya ketika Pep sudah tidak lagi menjabat sebagai entrenador Barcelona. Kedatangan duo mantan petinggi La Blaugrana – julukan Barcelona –Ferran Soriano dan Txiki Begiristain sempat jadi harapan klub yang dimiliki oleh taipan Abu Dhabi, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan. Soriano di posisi CEO, sementara Begiristain sebagai Direktur Olahraga. Josep-Guardiola Dua orang itu dikenal dekat dengan Pep selama menjadi tactician di Camp Nou – homeground Barcelona. Sayangnya, rayuan dari dua orang terdekat itu tetap tidak mampu menghadirkan sosok pria yang memberikan 14 trofi selama empat musim era kekuasaannya. Malahan, Pep memilih untuk rehat selama enam bulan dari medio 2012 hingga awal 2013. Yang lebih menyakitkan, bukan Manchester tempat yang ditujunya begitu memutuskan kemana dia akan melanjutkan karir setelah setengah tahun rehat itu. Melainkan memilih menerima pinangan di Bayern Muenchen. Sementara City yang memecat Roberto Mancini banting stir dengan mengumumkan Manuel Pellegrini sebagai nahkoda anyarnya hingga musim panas 2016 ini. Makanya, laga pertama Premier League menghadapi Sunderland malam nanti besar artinya bagi Pep. Sebab, inilah waktunya bagi pelatih berusia 45 tahun itu membalas kepercayaan dan kesetiaan dari publik Etihad selama ini. ''Itulah kenapa saya ada di sini. Untuk membuktikan siapa diri saya,'' ucapnya sebagaimana dikutip Associated Press. Tidak perlu meragukan sentuhan Pelatih Terbaik Dunia versi FIFA tersebut dalam laga pembuka kompetisi domestik. Sebab, sepanjang karirnya hanya kekalahan atas Numancia dalam laga pertamanya musim 2008-2009 silam nodanya pada awal musim. Setelah itu, pertandingan pertama Pep tidak pernah ternoda. Itu sejalan dengan rekor City yang kali terakhir kalah pada laga pertama Premier League terjadi di musim 2008-2009. ''Ini ujian yang lain dari karir saya. Penting bagi saya meyakinkan prmain seperti yang saya inginkan. Apabila itu tidak berjalan dengan baik, maka kami mesti menyiapkan sesuatu yang akan terjadi,'' lanjut Pep. Ya, Pep memang harus menyiapkan sesuatu yang akan terjadi. Karena dalam laga pertamanya di Premier League nanti Pep belum bisa memainkan kekuatan terbaiknya. Dari beberapa pemain yang jadi starter reguler City musim lalu, Kevin De Bruyne masih dalam kondisi fifty-fifty. Hingga kemarin WIB, salah satu pemain penyuplai assist terbanyak City musim lalu itu masih recovery pasca cedera lutut. Sebagai gantinya, pelatih yang gaji dasarnya di City senilai GBP 12,5 juta (Rp 212,4 miliar) per tahun itu dapat menempatkan Nolito di posisi pemain berkebangsaan Belgia itu. Jangan khawatir suplai bola kepada Sergio Aguero bakal berkurang. City masih punya David Silva yang di musim lalu menjadi pencatat assist terbanyak City dengan 11 kali. Selain tidak semua starter reguler musim lalu yang tampil, tidak semua pemain terbaiknya dari hasil belanja sebesar GBP 151,75 juta (Rp 2,57 triliun) dapat ditampilkan. Pep sudah kehilangan Ilkay Guendogan yang masih belum pulih dari cedera lutut. Cedera itu bawaan dari klub lamanya, Borussia Dortmund. Dengan tetap mempertahankan formasi 4-2-3-1 peninggalan Pellegrini, selain Nolito juga ada John Stones yang langsung dimainkan Pep setelah resmi menjadi rekrutan kedelapan City, 9 Agustus lalu. Formasi tersebut dipakai Pep dalam empat pertandingan pramusim klub dua kali juara Premier League itu. Hasilnya, City dua kali menang dan dua lainnya tumbang. Mencetak enam gol dalam 2 x 45 menit dan kebobolan lima gol jadi rekornya. Fernandinho kepada situs resmi klub mengakui bahwa dirinya dan rekan-rekannya tetap berupaya bermain seperti yang diinginkan Pep. Bermain dengan bola-bola pendek, dan pergerakan yang cepat. Menurut Fernandinho, permainan seperti itu terus dijajal Pep dalam setiap kali sesi latihan dan tentunya dalam pertandingan. Seperti terakhir ketika dikalahkan Arsenal 2-3 dalam laga Supermatchen yang berlangsung di Gothenburg, Swedia, 8 Agustus lalu WIB. ''Dan itu harus kami tunjukkan dengan jelas kepada pelatih ketika kami melawan Sunderland,'' sebut pemain berkebangsaan Brasil itu. Fernandinho sendiri akan bermain sebagai double pivot bersama Fernando. Gelandang bertinggi badan 179 sentimeter tersebut meminta rekan-rekannya untuk menjaga penguasaan bola dan cerdik saat memegang kendali serangan. ''Begitu kehilangan bola, bertarunglah, dan coba menangi bola itu lagi di dalam waktu cepat,'' harapnya. Ketika laga terakhir, Pep mengeluhkan permainan City yang tetap doyan melakukan bola-bola panjang. Bukan permainan cepat dengan bola-bola pendek seperti yang dia mau. Gelandang berusia 31 tahun itu tidak mau menjanjikan peningkatan performa apapun dalam laga pembuka Premier League kali ini. Dia lebih suka untuk membuktikannya di lapangan. ''Buat apa saya berjanji, sekalipun tentunya kami akan mengusahakan itu (permainan seperti arahan Pep) tercapai. Kami akan memberikan segala yang terbaik dari diri kami sendiri untuk menjaga permainan dalam top performance. Perlu kerja keras untuk itu,'' sebut Fernandinho. Dari sisi head to head-nya, The Black Cats – julukan Sunderland – sulit berharap keajaiban apabila bermain di kandang City. Sepanjang era Premier League City belum pernah tumbang di kandang sendiri. Entah itu ketika City masih bermain di Maine Road (sampai tahun 2003) ataupun di Etihad. Musim lalu, Sunderland bahkan dibantai City dengan skor telak, 4-1 (26/12). Bedanya, musim ini bukan lagi Sam Allardyce yang duduk di kursi kepelatihan Sunderland. Big Sam – julukannya – sudah naik menjadi pelatih timnas Inggris per 21 Juli lalu. Nah, sebagai gantinya Sunderland menunjuk David Moyes. Moyes bukan orang asing bagi City. Moyes pernah dua kali menghadapi City sebagai pelatih di Manchester United. Hasilnya United selalu tumbang di tangan City selama era Moyes. Hasil akhirnya pun selalu kalah telak. Kalah 1-4 di Etihad, dan dihajar tiga gol tanpa balas di Old Trafford. Yang bisa dibanggakan Moyes adalah ketika dirinya membesut Everton. Dalam lima musim terakhirnya sebelum hengkang ke Old Trafford pada 2008 hingga 2013, dia selalu membawa The Toffees – julukan Everton – superior di depan City yang sudah diakusisi oleh Sheikh Mansour. Dari 12 pertemuan di Premier League, sembilan laga di antaranya mampu dimenangi Moyes. Sekali draw, dan dua kali tumbang. Itu yang tetap harus diwaspadai City. Apalagi, kedatangan Moyes tentu saja mengubah sedikit gaya permainan Lee Cattermole dkk. Musim lalu, di tangan Big Sam mereka sering bermain dengan bola-bola panjang. Sedangkan kali ini di tangan Moyes, permainan dengan penguasaan bola sepertinya akan menjadi senjata Sunderland. Setidaknya supaya tidak lagi kalah besar seperti musim lalu. Dilansir dari Sunderland Echo, winger Fabio Borini menegaskan bahwa rekan-rekannya tidak silau dengan kekuatan baru City musim ini. Baik itu dengan rekrutan-rekrutan mahalnya, ataupun dengan imej pep sebagai salah satu pelatih besar di dunia. Masa transisi permainan dari awal-awal kepelatihan Pep itulah yang menurut Borini akan coba dimanfaatkan Sunderland. ''Saya rasa mereka belum sepenuhnya mampu menancapkan ide permainan Guardiola di kepalanya. Saya setuju, kalau inilah saat yang tepat untuk melawan mereka,'' tutur mantan pemain Liverpool tersebut. Bukannya silau, pemain Sunderland malah termotivasi ekstra untuk mampu menumbangkan tim sekaya City. ''Karena kami tahu mereka klub besar, klub yang membelanjakan banyak uangnya, dan kami akan menunjukkan kepada mereka bahwa kami tidak selemah seperti yang mereka bayangkan semula. Kalau dulu kami pernah mengalahkan mereka, kenapa tidak dengan hari ini,'' tegasnya. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: