Drama Pinalti Argentina vs Cile: Messi dan Akhir Sebuah Generasi

Drama Pinalti Argentina vs Cile: Messi dan Akhir Sebuah Generasi

Messi-dan-Akhir-Sebuah-Generasi EAST RUTHERFORD- Bagi Argentina, kekalahan oleh Cile kemarin pagi WIB (27/6) tak cuma berarti gelar yang kembali gagal diraih. Lebih dari itu, kegagalan tersebut sekaligus menandai akhir sebuah generasi. Lionel Messi, simbol generasi emas Negeri Tango yang kalah beruntun dalam tiga final major tournament di dua tahun terakhir, pensiun dari tim nasional (timnas). Juga, santer dikabarkan, bakal diikuti pula oleh Sergio Aguero, Javier Mascherano, Lucas Biglia, Ezequiel Lavezzi, Angel di Maria, serta Gonzalo Higuain. Pelatih Gerardo Martino juga dirumorkan memilih mundur. "Saya sangat berambisi menang. Namun, itu gagal terwujud," ucap Messi dengan nada getir dalam wawancara seusai laga final Copa America Centenario tersebut. "Selesai sudah kebersamaan saya dengan timnas," lanjut pemain 29 tahun yang telah mengoleksi delapan titel La Liga dan empat trofi Liga Champions bersama Barcelona itu seperti dikutip TyC Sports. Dalam final yang berlangsung di MetLife Stadium, East Rutherford, Amerika Serikat, kemarin, Argentina takluk kepada lawan yang sama yang menundukkan mereka di final Copa America 2015. Kalau di final tahun lalu mereka kalah penalti 1-4, kemarin 2-4, juga lewat adu penalti. Kedua tim bermain tanpa gol sampai selesainya perpanjangan waktu. Itu kegagalan mencetak gol beruntun keempat dalam empat final yang dijalani Argentina sejak 2007. Yang pertama final Copa America 2007 (kalah oleh Brasil 0-3), lalu final Piala Dunia (kalah oleh Jerman 0-1), dan dua final Copa America tersebut. Yang sangat memukul Messi, dirinya gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor penalti. Padahal, seandainya masuk, moral Tango bakal sangat terangkat. Sebab, penendang pertama Cile, Arturo Vidal yang mengeksekusi terlebih dahulu, berhasil diblok kiper Argentina Sergio Romero. Kegagalan La Pulga -sebutan Messi- di sisi lain membuat konfidensi Cile membubung. Imbasnya, empat penendang setelah itu, Nicolas Castillo, Charles Aranguiz, Jean Beausejour, dan Francisco Silva, sukses. Sementara itu, di kubu Argentina, hanya Javier Mascherano dan Sergio Aguero yang menemui sasaran. Sedangkan Lucas Biglia yang menjadi penendang terakhir pun mampu diblok oleh Claudio Bravo. La Pulga Atomica -julukan Messi- pun langsung tampak seperti orang linglung ketika Francisco Silva memastikan gelar bagi Cile di edisi khusus 100 tahun Copa America tersebut. Top scorer Tango dengan 55 gol itu sempat menengadah beberapa kali sebelum tangisnya pecah. Sejak kegagalan di final Piala Dunia 2014, Messi sebenarnya sudah sangat tertekan. Maklum, dia selalu dibandingkan dengan legenda Argentina Diego Maradona. Juga, kontrasnya, gelar yang dia raih antara di klub dan timnas membuat banyak yang menuding Messi tak sepenuh hati membela Tango. Romero mengaku sangat terkejut dengan pernyataan yang disampaikan kaptennya tersebut. Dia menduga Messi masih larut dalam emosi. "Saya berharap dia bisa menarik ucapannya. Saya tidak bisa membayangkan Argentina tanpa Messi," kata kiper Manchester United tersebut seperti dikutip BBC. Vidal juga sangat menyayangkan keputusan Messi. "Tapi, dia pasti memiliki alasan tersendiri," kata pemain Bayern Muenchen tersebut seperti dilansir Sport. (apu/c11/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: