Sejam Jelang Laga, Para Calo Terpaksa Banting Harga Tiket

Sejam Jelang Laga, Para Calo Terpaksa Banting Harga Tiket

Ingin nonton langsung pertandingan Euro 2016 tapi kehabisan tiket? Tenang. Kalau beruntung, Anda bisa mendapat tiket dari calo. Calo tidak hanya ada di Indonesia. Di negara maju seperti Prancis, calo juga banyak bertebaran. Mereka biasa beroperasi di kawasan dekat stadion. Namanya usaha, para calo itu pun agresif menjalankan bisnisnya. Seperti yang terlihat di Stade de France, Saint-Denis. Penumpang yang baru keluar dari stasiun langsung disambut dengan tawaran tiket dari para calo. Mereka dengan santai menunjukkan tiket dan menawarkan kepada calon pembeli, ”Apakah kamu butuh tiket,” kata salah seorang calo kepada Jawa Pos jelang laga perdana antara Prancis melawan Rumania (10/6). Kebetulan, saat itu Jawa Pos belum memakai ID Card karena pintu gerbang stadion masih satu kilometer lagi. Para calo itu sangat berani. Padahal, di depan mereka, hanya berjarak beberapa langkah, banyak polisi. Anehnya, polisi pun seolah membiarkan aksi para calo tersebut. Petugas keamanan lebih sibuk memantau pengunjung. Kalau ada yang mencurigakan, pasti diperiksa. Bagaimana dengan para calo. Mereka tetap beredar dengan tenang. ”Ah, saya tidak berniat jualan tiket. Saya hanya punya tiket lebih karena adik saya berhalangan. Daripada tidak dipakai, mending saya jual saja,” kata Yoann Coureur, sang calo. Menurutnya, kebanyakan di antara mereka memiliki kasus serupa. Makanya, ketika polisi datang dan bertanya, dengan santai mereka menjawab seperti itu. Hanya, dia menolak untuk difoto. Kalau para calo abal-abal alias terpaksa menjual karena kelebihan tiket, harganya sedikit miring. Yoann, misalnya, memegang tiket katagori empat dengan banderol 75 euro atau sekitar Rp 1,125 juta. Dia menjualnya sesuai harga tersebut. Tapi, ada juga calo yang benar-benar banting harga. Itu terjadi di Lyon ketika pertadingan Italia versus Belgia (13/6). Tiket kategori dua yang harganya 105 euro (sekitar Rp 1,575 juta), dia lepas hanya 80 euro atau sekitar Rp 1,2 juta. ”Sudah saya tawarkan sejak tadi belum laku juga,” katanya. Saat itu pertandingan kurang 1 jam lagi. Banyak penonton sudah masuk stadion Parc Olympique Lyonnais. Tapi, hati-hati kepada calo beneran. Yaitu, mereka yang memang bekerja sebagai calo. Modusnya berbeda. Mereka tidak terang-terangan ingin menjual tiket. Berdasarkan pengamatan di empat stadion berbeda, yakni Stade de France, Parc des Princes, Olympique Lyonnais, dan Stade Velodrome, biasanya mereka tak beroperasi sendirian. Minimal tiga orang. Jawa Pos mengamati selama satu jam pergerakan dan pola calo di dekat Stade Velodrome, tepatnya di depan stasiun metro Rond-Point du Prado. Mereka bergerak empat orang. Satu membawa kertas bertulisan,”Saya butuh tiket.” Seolah mereka bukan menjual, tapi mau membeli. Hal itu untuk mengelabui petugas khusus dari UEFA. Lalu, orang kedua bergerak mencari mangsa. ”Anda butuh tiket?” katanya kepada bebarapa orang yang lewat. Kemudian, orang ketiga hanya memantau dari jarak tak lebih dari 10 meter. Orang keempat berada di kisaran itu dan diam saja. Mereka baru berkumpul saat si pencari penjual alias orang kedua mendapat calon konsumen. Orang pertama bertugas mengawasi kanan-kiri sembari tetap memegang kertas butuh tiket, orang ketiga mendekat, dan orang keempat datang dengan membawa peta lokasi di stadion. Itu untuk mengetahui posisi dan kategori tiket. Harga tiket mereka di atas harga asli. Tiket kategori tiga yang harusnya hanya berharga 55 euro (sekitar 825 ribu), dijual seharga 100 euro (sekitar Rp 1,5 juta). Jawa Pos menawar, tapi mentok di harga 80 euro (sekitar Rp 1,2 juta). (*/ca)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: