Harga Oksigen Tabung Tak Terkontrol

Harga Oksigen Tabung Tak Terkontrol

PURWOKERTO - Tingginya kasus covid pada bulan Juli ini, membuat permintaan akan oksigen juga meningkat. Yang terjadi, harga tabung oksigen kini melambung tinggi. Kesulitan mencari oksigen itu juga dirasakan apotek. Seperti apotek di Purwokerto, Samudra Farma. Setiap harinya ada sekitar 10 orang yang membuat telepon milik Apatoker Yoga ini berdering. https://radarbanyumas.co.id/kebutuhan-tabung-oksigen-di-banyumas-kadinkes-masih-padat-merayap/ "Ada 10 orang yang telfon tiap hari, nyari oksigen," kata Yoga Bagus Wicaksana SFarm, kemarin. Beragam jenis oksigen, tidak hanya yang ukuran satu meter saja. Yang potable pun demikian. Ia mengatakan, untuk harga oksigen portable saat ini kisaran Rp 350 ribu. Dari yang harga normanya pada kisaran Rp 40 ribu. "Oksigen tidak selalu tersedia. Nyarinya sulit. Sampai sekarang apotek boleh beli, dibatasi 5 atau 6. Untuk oksigen portable," tuturnya. Sehingga, Ia menjual pun dibatasi. Tidak bisa satu orang pembeli boleh langsung beli lima. Dibagi dengan yang lain. Sedang pada tabung ukuran satu meter, menurutnya harganya masih fluktuatif. "Sekarang lagi puncak-puncaknya. Kalau lagi ketemu harga murah itu Rp 5,5 juta," kata dia. Ia melanjutkan, untuk tabung ukuran satu meter ini, harga normalnya pada kisaran Rp 650 ribu, kalu sempat naik Rp 800 ribu. "Terakhir menjumpai harga Rp 800 ribu itu sekitar bulan Mei. Mulai meningkat akhir Juni sampai puncak Juli," tuturnya. Pada akhir Juni masih sekitar Rp 1,5 juta. Lalu lonjakan terjadi pada bulan Juli. Ada yang jual hingga Rp 6 juta. "Sekarang untuk regulator saja 1 juta. Dari harga asli paling sekitar 150 ribu," tandasnya. Vitamin Yoga menambahkan, mengatakan, sekarang juga masih sulit didapat vitamin-vitamin tertentu. Pada bulan Juli lalu, permintaan akan vitamin dan obat penunjang covid memang tinggi. Bulan itu jadi puncak selama pandemi. "Apalagi awal Juli sampai pertengahan, omset bisa dua kali lipat," tuturnya. Soal harga, katanya, tak jauh beda. Ia mengatakan, memang ketersediaan Seperti vitamin C terus ada sebab berasal dari banyak pabrik. "Namun yang jadi maslah itu, biasanya masyarakat hanya percaya merek tertentu. Mereka fanatik pada merek itu," tuturnya. Ia terkadang heran dengan hal itu. Misal saja, sedang mencari produk A. Saat produk itu sedang tidak ada, lalu ada produk dari merek lain dengan isi kandungan yang sama, tetap tidak mau membeli. "Salah satunya pengaruh sosmed. Dulu sempat beredar paket penanganan covid," katanya. Sehingga, apa yang disarankan oleh apoteker terkadang tidak dipercaya. "Jadi sekarang ke apotek sebagai tempat transaksional. Bukan tempat pelayanan farmasi. Misal saya apoteker menjelaskan itu seperti tidak digubris," ujarnya. Dia melanjutkan, kalau merek vitamin yang dicari itu tidak ada, lebih memilih untuk mencari di tempat lain. Tidak mau menggunakan produk lain. "Sebetulnya pada merek lain itu banyak yang isinya sama persis Cuma masyarakat fanatiknya pada merek tertentu," tandasnya. (mhd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: