Sektor Ekonomi Rakyat "Nelangsa", Risiko PAD Hilang di Lokawisata Baturraden Bisa Capai Rp 300 Juta

Sektor Ekonomi Rakyat

Adaptasi yang terus berubah-ubah membuat sektor ekonomi ikut "nelangsa". Sepi pembeli dirasakan. Apalagi dibatasi jam malamnya. Padahal, usahanya sampai tengah malam. Sebutlah angkringan. Agung namanya. Penjual berbagai menu di angkringan di Sokaraja ini harus beradaptasi. Dia yang biasa buka jam 5 sore, kini buka jam 2 siang. Bahkan pernah jam 1. https://radarbanyumas.co.id/penyemprotan-tempat-wisata-di-banyumas-dilakukan-mandiri/ https://radarbanyumas.co.id/senin-jumat-penutupan-jalan-di-kota-purwokerto-dimulai-pukul-14-00-ini-tujuh-ruas-jalan-ditutup/ "Berubah lagi aturannya. Jadi ngikut. Buka siang," katanya. "Tapi, ya malamnya cuma sampai jam 20.00," kata dia. Dalam dunia usaha, katanya, ya pasti ada ritme naik dan turun pendapatan. Namun, kata dia, aturannya jangan cepat berubah. Kalau terlalu cepat, katanya, pengusaha susah menyesuaikan. Butuh adaptasi untuk pelanggannya kembali. "Ya terdampak. Tapi kita ngikut pemerintah. Semoga ya menjadi PPKM terakhir. Agar ekonomi tidak makin terperosok," kata penjual asal Klaten ini. Hal sama terlihat di sektor usaha jual beli burung, tanaman hias, percetakan. Semuanya terdampak nyata karena PPKM Darurat ini. "Di dunia tanaman hias juga drop semua. Semoga masyarakat kembali normal. Utamanya pemerintah dalam menerapkan aturan tidak cepat berubah-ubah," kata Aji, warga Kalibagor mengutip teman pengusaha tanaman hias lainnya. "Biasanya jelang lebaran Idul Adha banyak pernikahan, sehingga banyak order undangan. Tapi ini lagi stop putarannya. Paling cetak Yasin yang masih jalan. Yasinan saja untuk dibagikan, tidak untuk doa bersama di rumah-rumah," timpal Teguh, pemilik teguh Solution di Kedungrandu yang ulet dalam berbisnis ini. Di dunia kuliner juga sama. Salah satu pegawai di rumah makan mengaku take away dan tidak boleh makan ditempat sangat mempengaruhi. "Sepi sekarang, karena warga sudah takut kalau makan ditempat bisa didatangin petugas dan suruh dibungkus. Padahal memang mereka sedang istirahat kerja," kata EI menceritakan ke Radar. Bukan hanya sektor ekonomi yang "nelangsa" akibat pemberlakuan PPKM Mikro Darurat, sektor wisata pun juga demikian. Apalagi Bupati Banyumas, Ir Achmad Husein sudah woro-woro, untuk memaksimalkan momentum ini. Kepala Dinporabudpar Banyumas Asis Kusumandani mengatakan ada risiko potensi kehilangan PAD wisata sekitar Rp 300 juta selama PPKM Mikro Darurat ini. Itu pun baru dari Lokawisata Baturraden. "Itu kan melewati 3 kali weekend. Total PPKM Darurat sampai 17 hari," katanya. Satu harinya saat weekend, lanjut dia, kini Baturraden bisa kisaran 1.000-2.000 pengunjung. Sedang pada hari-hari biasa pukul rata sekitar 500 pengunjung. Namun demikian Ia tak masalah sebab ada urusan yang jauh lebih penting dan mendesak. Angka covid yang semakin melonjak, semua akhirnyapun terdampak. "Memang ini situasi kondisi dari data saja ICU sudah penuh, IGD penuh, antri. Yang meninggal juga tinggi. Sehingga ini perlu dikendalikan. Jadi butuh kedisiplinan bersama," kata dia. Asis mengatakan, nantinya setelah kembali dibuka tolong dipatuhi prokesnya. Bukan hanya berlaku diobwis saja, tapi jasa usaha pariwisatanya. "Untuk kepentingan kita bersama. Dari pada nanti buka tutup buka tutup. Setelah ini lebih disiplin lagi lebih bisa menjaga prokes lagi," tandasnya. (mhd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: