Densus 88 Gagalkan Plot Serangan ke Singapura

Densus 88 Gagalkan Plot Serangan ke Singapura

BATAM - Tak terbayangkan akibatnya apabila plot teror yang direncanakan jaringan Khitabah Gigih Rahmat (KGR) berhasil. Jaringan teroris yang dibongkar Densus 88 Anti Teror Mabes Polri kemarin itu berencana mengebom Singapura dengan roket yang diluncurkan dari Batam. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Brigjen Agus Rianto mengatakan, Densus telah menangkap enam anggota KGR. Yakni Gigih Rahmat Dewa, Trio Syafrido, Eka Saputra, Tarmidzi, Hadi Gusti dan, M. Tegar. Keenamnya saat ini dalam proses pemeriksaan. "Mereka ditangkap di kawasan Batamcentre dan Batu Aji, Batam," tuturnya di Mabes Polri, Jakarta, kemarin. HL--FT--A--terduga-teroris Agus menambahkan bahwa kelompok KGR tersebut merupakan jaringan teroris baru yang dipimpin Gigih Rahmat Dewa. Gigih terdeteksi berulang kali menerima pendanaan dari ISIS (Negara Islam Irak dan Syiria). "Dia juga berkomunikasi dengan anggota ISIS asal Indonesia Bahrum Naim,"tuturnya. Gigih juga terdeteksi menjadi fasilitator dari pengiriman WNI ke Syria untuk bergabung dengan ISIS. Berbagai keperluan WNI dari tiket hingga uang jalan semua diberikan Gigih. "Perannya cukup sentral," terangnya. Pengamat terorisme Al Chaidar menuturkan bahwa kelompok KGR sebenarnya telah menebar ancaman sebulan yang lalu. Mereka mengancam akan menyerang sejumlah lokasi di Batam. "Termasuk Singapura itu," ujarnya. Untuk motivasi penyerangan ke Singapura, dia menuturkan bahwa ide menyerangan Singapura itu berasal dari warga negara Singapura yang telah bergabung dengan ISIS. "Warga negara Singapura ini sangat dekat dengan Bahrum Naim," tuturnya. Menurut dia, anggota KGR itu ada sekitar 14 orang. Dengan demikian, masih ada delapan anggota lagi yang dikejar Densus 88. "Mereka itu kelompok yang lahir dari kelompok Solo," paparnya dihubungi Jawa Pos. Pemerintah Singapura juga tak ingin terpancing dalam provokasi untuk merusak hubungan bilateral dengan terorisme. Dalam pernyataan Kementerian Dalam Negeri Singapura ditegaskan, pihaknya telah mengetahui rencana dari enam tersangka teroris yang tertangkap di Indonesia. Saat ini pemerintah Singapura pun telah berkoordinasi secara intensif dengan pemerintah Indonesia untuk memncari detil operasi dan adanya kroni. Sebagai tindak lanjut, pemerintah Singapura pun telah meningkatkan keamanan di wilayah dalam negeri maupun perbatasan. Usai melakukan penangkapan, Tim Densus bersama Jajaran Polda Kepri menggeledah rumah Gigih di Perumahan Taman Mediterania blok FF1 nomor 9. Penggeledahan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Batam Pos (Jawa Pos Group) melaporkan, dalam penggeledahan itu polisi menyiagakan dua unit mobil baracuda dan memblokir seluruh akses masuk ke rumah Gigih. Tak satupun warga yang diizinkan mendekat ke lokasi. Dalam penggeledahan itu polisi mengamankan dokumen, buku, senjata tajam, dan busur panah. Seluruh barang itu diperiksa oleh Tim Labfor Forensik Mabes Polri dan diangkut menggunakan mobil Inafis Polresta Barelang. "Saat penggrebekan orang di dalam tidak ada. Istri dan anaknya tidak di rumah," kata Susanto, petugas keamanan di Perumahan Taman Mediterania. Selesai menggeledah, polisi menyegel pagar dan pintu rumah bercat kuning tersebut. Di teras rumah terlihat pakaian milik Gigih, istri, dan anaknya yang tengah terjemur. "Baru kemarin saya lihat bajunya terjemur. Memang orangnya sangat jarang terlihat," ujar Prayitno, salah seorang tetangga Gigih. Di kalangan tetangga, Gigih dikenal sebagai pribadi yang tertutup. Ayah anak satu ini jarang berkomunikasi dengan tetangga. Ia hanya terlihat bepergian menggunakan mobil pada pagi hari dan pulang pada dini hari. "Kalau berjumpa, hanya sekedar sapa saja. Dia (Gigih) tak pernah bicara apa-apa," terang Prayitno, tetangga Gigih. Menurut Prayitno, Gigih sempat bekerja di perusahaan elektronik di kawasan Batamcentre. Selama menempati rumah tersebut, Prayitno mengaku tak menaruh curiga dengan aktivitas Gigih. "Saya sendiri tidak menyangka dia kelompok teroris. Untuk pakaian seperti biasa saja, bajui kaus dan celana di atas mata kaki," paparnya. Hal senada disampaikan tetangga lainnya, Isma. Dia mengaku sama sekali tak mengenali Gigih dan istrinya. (idr/bil/opi/ska/JPG/sof)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: