Serang Tipis-Tipis di Debat Pamungkas
PURWOKERTO- Ajang debat kedua Pilbup Banyumas nyaris berlangsung adem ayem. Baik Mardjoko ataupun Achmad Husein, yang tengah bersaing menjadi orang nomor 1 di Banyumas, tidak melakukan perdebatan sengit. Keduanya terlihat masih saling berusaha menjaga nama baik "lawannya". Dalam debat yang digelar di Java Heritage, kemarin, nampaknya juga belum muncul tawaran-tawaran baru. Calon bupati Mardjoko mengawali menjawab pertanyaan panelis seputar APBD Banyumas yang tersedot untuk gaji pegawai. Hampir 70 persen dana APBD digunakan untuk gaji pegawai. Pertanyaanya ialah bagaimana Banyumas akan membangun dengan postur APBD yang seperti itu. Menanggapi hal tersebut, Mardjoko mengatakan akan melakukan efisiensi. "APBD kita gunakan sesuai peruntukannya. Kita akan efisiensi dan pangkas yang tak berguna," katanya. Namun tak juga didetailkan apa saja yang tak berguna itu. Dia pun menambahi, akan menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk membangun Banyumas. Pasangan Mardjoko, Ifan Haryanto menambahi, saat ini PAD Banyumas baru sepertiga dari potensi yang ada. "Kita bisa memaksimalkan pajak, parkir, dan juga pajak dari hotel ataupun restoran. Semua itu belum tergarap maksimal," katanya. Sementara, calon bupati Achmad Husein menjawab soal tentang pembangunan yang orientasinya masih di kota. Husein sempat mengklarifikasi pertanyaan dari panelis itu. Menurut dia, dengan adanya Undang-Undang Desa, justru pembangunan kini 'berlari' ke desa. Saat ini Pemkab Banyumas juga telah memberi perhatian dengan mendorong perekonomian di desa untuk bergerak lebih cepat. "Tentu saja, kami akan menguatkan Undang-Undang Desa dan melanjutkan perhatian ke desa-desa," katanya. Husein tak menafikan, kota masih sebagai pusat niaga, pemerintahan, ataupun pendidikan. "Secara bertahap, kita berusaha sebar pusat-pusat itu ke daerah pinggiran kota," katanya. Pasangan Husein, Sadewo Tri Lastiono menambahi jawaban singkat untuk pertanyaan panelis. "Saya rasa semua sudah tahu, jika di kepemimpinan Pak Husein ini, jalan-jalan di desa sudah sangat banyak yang bagus-bagus dan mulus-mulus. Itu bukti pembangunan tidak berorientasi di kota saja," kata dia. Selain itu, sejumlah topik seperti Pariwisata, Pertanian, dan juga Pemkab Banyumas yang dinilai jarang memanfaatkan teknologi dari universitas juga sempat mengemuka. Mardjoko mengatakan, di masa dia, Pemkab sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah universitas seperti Unsoed dan UMP. Ada juga teknologi dari universitas yang diaplikasikan. Tentang itu, Husein mengatakan, apa yang dilakukan di era Mardjoko terkait kerjasama dengan universitas, juga dilanjutkan olehnya. "Tak hanya dengan universitas yang ada di Purwokerto. Kita kembangkan kerjasama dengan yang lain, seperti UGM," katanya. Husein menambahkan, dia pun berusaha memberi kemudahan terhadap pengembangan-pengembangan yang dilakukan universitas. "Diantaranya dengan mencarikan lahan. Yang tak kalah penting ialah jangan sampai universitas yang sudah ada itu lalu meninggalkan Banyumas," katanya. Debat yang nyaris tanpa saling serang itu sedikit berubah saat sesi masing-masing calon wakil bupati. Awalnya ialah topik investasi dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Moderator saat membacakan pertanyaan tersebut, juga menautkan investasi dengan serapan tenaga kerja. "Kami akan membangub kawasan industri di daerah Wangon dan Lumbir. Di sana lahannya kuran produktif. Selain itu juga dekat dengan pelabuhan Cilacap, serta akses jalan nasional, " kata Sadewo. Menanggapai hal tersebut, Ifan Haryanto menuding apa yang disampaikan Sadewo itu seperti mimpi. Ifan menyebutkan wilayah Wangon bukan kawasan industri sebagaimana ada dalam RTRW . "Saya sudah cek RTRW. Wangon bukan untuk kawasan industri. Bagaimana ini, kan harus sesuai aturan tata ruang. Apa Wangon untuk TPA sampah, boleh juga?, " kata dia. Diserang seperti itu, Sadewo terlihat santai. "Maturnuwun mas Ifan atas masukannya. Tapi njenengan rupanya perlu mengupgrade bagaiman Banyumas saat ini," katanya. Sadewo mengatakan, saat ini, RTRW sedang dalam proses revisi, dan Wangon masuk kawasan kuning yang berarti bisa dikembangkan untuk kawasan industri. "Njenengan mungkin kurang mempelajari kondisi Banyumas. Sekarang RTRW sedang dalam proses revisi. Tapi ndak apa, ini mungkin karena njenengan lebih banyak tinggal di Bogor daripada Banyumas, " kata dia. Adapun terkait sampah, menurut Sadewo, masalah sampah saat ini menjadi "panas" karena momen politik. "Mohon maaf, persoalan sampah kalau bukan saat tahun politik tidak akan seribut sekarang. Ini tidak mungkin terjadi jika tidak saat Pilkada. Jika kita lihat utuh, apa yang terjadi di Kaliori itu bisa diselesaikan," kata dia. (hkm/ing/dis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: