Filosofi dan Kualitas Jadi Daya Tarik Batik
Harga Jual Mahal Relatif PURWOKERTO- Potensi pemasaran produk batik ke luar negeri, terbuka lebar. Namun menurut Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI), Dhonni A F, hal tersebut menjadi permasalahan rumit, tertutama terkait negara mana yang akan dituju. Dia mengatakan, batik Pringmas dari Desa Papringan, Banyumas yang mulai dikenal oleh masyarakat di luar Banyumas. Namun pemasaran masih mengutamakan di wilayah Indonesia. "Karena saat ini konsumen mulai jenuh dengan batik yang sudah ada. Tapi kalau ada sesuatu yang baru dari batik Pringmas ini, tentu akan direspon sangat baik," ujarnya. Menurut dia, Batik Pringmas sudah mwmiliki krakter dan ciri khas Banyumas, tetapi perlu juga ada pembaruan. Sebab dalam perjalanan mengembangkan usaha batik untuk mulai dikenal dan dilirik masyarakat, dapat memakan waktu hingga 17 tahun. "Dari pembaruan itu, dikhususkan untuk pewarnaan, motif, dan karakter," ungkapnya. Dia menghimbau agar membuat batik dengan filosofi mendalam, karena pecinta batik juga memperhatikan hal tersebut. Hal ini juga yang diproduksi oleh batik Pringmas yang mengusung filosofi Sekar Jagad Banyumas. Dengan cerita yang menarik, Dhonni ingin membawanya pada penjurian Inacraft Award. "Saya tantang pada perajin batik Pringmas untuk membuat karya baru, dan tidak perlu muluk-muluk jadi juara tapi setidaknya bisa masuk nominasi itu menjadi suatu kebanggaan," ujar Dhonni. Terkait harga jual yang mahal, menurutnya itu termasuk relatif. Sebab untuk batik tulis dan kombinasi memiliki pasarnya sendiri. Terpenting pada perajin batik siap mempresentasikan produknya dengan lebih bagus dari segi kemasan dan filosofinya. Kepala Bank Indonsia (BI) Kantor Perwakilan Purwokerto, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, untuk batik Pringmas sudah memiliki pasar di kncah nasional dan internasional. Pihaknya yang sudah membina perajin batik Pringmas hampir empat tahun ini, dan sudah menghasilkan pengusaha yang berasal dari buruh. "Meskipun dari BI tidak lagi membina perajin batik Desa Papringan, tapi tidak kami lepas sepenuhnya, supaya ada keleluasaan dari perajin agar bisa lebih luas berkreasi," katanya pada acara Pashing Out Batik Pringmas, Sabtu (8/4). Wakil Ketua KUB Pringmas, Iin Susiningsih menambahkan, pihaknya optimis selepas dari binaan BI dapat melanjutkan promosinya dengan berjualan online dan mengikuti pameran. Apalagi sekarang sudah ada 200 perajin yang siap membuat motif baru. dan untuk motif yang sudah ada saat ini meliputi Pring Sedapur, Bawor Klinthung, Alam Papringan, dan terbaru yg belum launching ada Wijaya Kusuma. (ely/din)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: