Toko Buku Bekas ANS di Purwokerto Tetap Bertahan Hampir 30 Tahun, Cetakan Buku Lama dan Kertas yang Usang Maki

Toko Buku Bekas ANS di Purwokerto Tetap Bertahan Hampir 30 Tahun, Cetakan Buku Lama dan Kertas yang Usang Maki

BERTAHAN: Toko Buku ANS yang bisa bertahan di tengah gempuran teknologi sudah berusia hampir 30 tahun. LAILY/RADARMAS KIOS mungil di tengah kota menyediakan aneka buku dan majalah bekas. Bahkan di tengah gempuran teknologi saat ini, tidak membuat goyah pertahanan Toko Buku ANS. LAILY MEDIA Y, Purwokerto Tepat berada di pertigaan Jalan A Yani Purwokerto, Toko Buku ANS mudah dijumpai. Sangat jarang toko buku di Purwokerto yang menjual buku bekas. Namun Toko Buku ANS menyediakan buku untuk para pecinta atau kolektor buku bekas. Pengelola Toko Buku ANS, Edi Suratno mengatakan, masih banyak yang mencari buku atau majalah bekas. Menurutnya, bisa menjadi nostalgia bagi penggemar buku atau majalah bekas. "Justru dengan cetakan lama dan jenis kertas yang usang, bagi penggemar buku jadi punya nilai yang tinggi," katanya. Edi menuturkan, meskipun perkembangan teknologi sudah maju dan informasi dunia bisa dibaca dalam genggaman dengan gadget, tidak sampai menyurutkan semangatnya menyediakan buku atau majalah bekas. Selain karena usaha turun temurun dari almarhum ayah mertuanya, juga dikarenakan ada buku yang tidak dijual di toko buku. "Pernah ada pembeli yang sudah cari buku ke beberapa toko buku, dan ternyata ada di sini," tuturnya. BERTAHAN : Toko Buku ANS yang bisa bertahan di tengah gempuran teknologi sudah berusia hampir 30 tahun. LAILY/RADARMAS Mencari toko buku bekas di area Purwokerto memang sulit ditemukan. Tidak seperti di Yogyakarta yang bejibun penjual buku bekas. Usianya pun sudah hampir memasuki angka 30 tahun. Saat berada di Toko Buku ANS, memang serasa memasuki mesin waktu dan kembali ke masa lalu. Berbagai majalah bekas tergantung. Kebanyakan majalah tahun 1980'an. Tentu menjadi hal unik dan langka. Bahkan bisa untuk dikoleksi jika ada idola yang diberitakan di majalah tersebut. Selain itu, buku pelajaran dan jurnal untuk penelitian atau bahan skripsi mahasiswa juga ada. Dari situ, Edi berpikir bahwa buku tidak akan tergerus zaman. Tagline buku adalah jendela dunia tidak bisa tergantikan. "Mengikuti perkembangan teknologi tidak salah, tapi akan tetap ada orang yang lebih nyaman membaca buku," ujarnya. BERTAHAN : Toko Buku ANS yang bisa bertahan di tengah gempuran teknologi sudah berusia hampir 30 tahun. LAILY/RADARMAS Edi menuturkan, tidak menjual buku-bukunya secara online. Sebab, dia ingin pembeli datang langsung ke kiosnya. Dengan begitu ada interaksi langsung yang tercipta, dan bisa sekaligus membahas isi dari buku yang dibeli konsumen. "Kalau ada interaksi langsung lebih asik, bisa lihat langsung juga buku yang diinginkan," tuturnya. Selama masa pandemi, Edi juga merasa terdampak. Terasa dengan sepinya pembeli. Namun, dia tidak menyerah dan tetap membuka kiosnya. Menurutnya, buku tidak mengenal momen tertentu. Untuk stok buku, Edi memilih kulakan dari Yogyakarta. Saat ini stoknya lebih karena permintaan. Jika ada buku yang tidak laku dan rusak, Edi memilih menjual ke pasar loak. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: