Awalnya Pendopo untuk Kongkow, Jadi Tempat Ibadah Tiga Agama

Awalnya Pendopo untuk Kongkow, Jadi Tempat Ibadah Tiga Agama

UNTUK SEMBAHYANG: Altar utama di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, untuk berdoa dan sembahyang pada Yang Kuasa terletak paling depan di antara altar yang lain. (LAILY MEDIA/RADARMAS) Sejarah Berdirinya Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto KLENTENG Hok Tek Bio Purwokerto merupakan salah satu dari tiga Klenteng yang ada di Kabupaten Banyumas. Berlokasi di dekat Pasar Wage, bangunannya mencolok khas Klenteng, dengan warna perpaduan merah dan kuning. LAILY MEDIA Y, Purwokerto BANGUNAN Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, berdiri sejak 1831. Namun sampai sekarang masih berdiri kokoh. Saat Radarmas masuk gerbang Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, suasana dan aroma khas Klenteng begitu terasa. Begitu sampai di pendopo yang ada di sisi barat halaman Klenteng, Ketua Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, Suryana menyambut Radarmas dengan ramah. Dia mulai bercerita awal mula berdirinya Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto. Berawal dari bangunan pendopo, kerap menampung warga yang baru selesai belanja di Pasar Wage, atau pedagang yang baru selesai berjualan. Sesuai namanya Hok Tek yang berarti kerumunan, dan Bio yaitu rumah. Warga yang berkumpul tidak melihat dari golongan apa. Mereka ngobrol apa saja dalam mengisi waktu luang. Jika dibahasakan sekarang yaitu kongkow. "Dari dulu tempatnya di sini dekat Pasar Wage Purwokerto, karena bisa untuk berkumpul warga, dengan berkumpul bisa menjalin kekeluargaan," ujar Suryana. Dari warga yang sering berkumpul, memiliki sebuah kepercayaan. Dan tidak mau hanya untuk tempat kongkow. Tapi juga menjadi tempat beribadah. Maka dibuat Klenteng untuk beribadah, dengan tuan rumah yaitu Dewa Bumi. Suryana mengatakan, bangunan Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto pernah direnovasi pada 1979 karena ambruk. Lalu direnovasi lagi pada 1987, berdiri sampai sekarang. Tanpa menghilangkan ciri khasnya berupa ukiran dan warnanya, merah dan kuning. "Ada artinya, merah berarti kegembiraan dan kuning artinya keberuntungan," katanya. https://radarbanyumas.co.id/77-merpati-warna-warni-dilepas-di-klenteng-boen-tek-bio-banyumas/ Uniknya, saat ini Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto mewadahi tiga unsur keagamaan. Ada Ji (Khonghucu), Too (Tao), dan Sik (Buddha). Untuk tata cara beribadah dibagi tiga. Menyembah atau berdoa pada Tuhan, tuan rumah, kemudian ke altar masing-masing agama. UNTUK SEMBAHYANG: Altar utama di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, untuk berdoa dan sembahyang pada Yang Kuasa terletak paling depan di antara altar yang lain. (LAILY MEDIA/RADARMAS) Radarmas pun diperbolehkan masuk ke ruang ibadah di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto. Tersedia altar 25 Dewa. Untuk memohon kesehatan atau pengobatan, nasib, keadilan, keselamatan, rejeki, dan sebagainya. Bisa sembahyang di beberapa Altar Dewa, atau semuanya. "Setiap altar diberi nomer urut, biar pas urutannya kalau mau sembahyang ke semua Dewa," terang Suryana. Dalam ruang ibadah, lebih temaram diterangi dengan beberapa lilin merah besar. Bagi yang melakukan ibadah, tentu lebih khusyuk. Tersedia Altar untuk Nasib Ada satu altar yang menarik, yaitu altar untuk nasib. Letaknya di bagian tengah lurus dengan Altar utama untuk menyembah Yang Kuasa. Pengurus Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, menunjukkan stik yang sudah ditempeli angka. Jika ingin mengetahui nasib, mengambil salah satu stik, dan dilihat angka berapa yang muncul. Kemudian menuju lemari kaca di samping kiri, mengambil kertas sesuai angka yang diambil. Di kertas tertera kalimat yang bisa memotivasi hidup atau nasib. Kembali ke halaman, ada empat lukisan berderet di dinding sebelah barat Klenteng yang memunculkan pertanyaan. Ternyata bukan sekadar lukisan untuk hiasan dinding, tetapi ada makna dan fakta sejarah. "Makna lukisan dari kiri ke kanan tentang kesetiaan, kebenaran atau keadilan, kesetiaan pada negara, dan pendidikan," terang Suryana. https://radarbanyumas.co.id/77-merpati-warna-warni-dilepas-di-klenteng-boen-tek-bio-banyumas/ Dia menambahkan, pendopo Hok Tek Bio Purwokerto sampai sekarang masih kerap digunakan untuk berkumpul segala kalangan usia. Bahkan terkadang untuk kegiatan para anak muda. Dan sering juga melakukan kegiatan di luar Klenteng seperti bakti sosial, membagi takjil, menjaga ketenangan Umat Islam saat melakukan Salat Ied, dan kegiatan sosial lain. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: