Mutiara Ramadan 5 - Spirit Ramadan Meneguhkan Solidaritas Sosial

Mutiara Ramadan 5 - Spirit Ramadan Meneguhkan Solidaritas Sosial

Zahid Khasani, Ketua Tanfidziyah PCNU Kab. Banjarnegara Ditengah pandemi Covid-19 yang belum usai, umat Islam melaksanakan puasa Ramadan 1442 H dengan suasana yang berbeda dari puasa di tahun-tahun sebelumnya dimana segala aktivitas tetap wajib mematuhi Prokes. Pertanyaannya kemudian, pelajaran apa yang perlu dipetik dari bulan Ramadan untuk menghadapi virus corona yang masih menghantui bangsa ini? https://radarbanyumas.co.id/mutiara-ramadan-5-spirit-ramadan-meneguhkan-solidaritas-sosial/ Ada banyak jawaban atas pertanyaan tersebut, setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni tumbuhnya sensitivitas sosial dan solidaritas sosial. Rasulullah SAW menegaskan barang siapa yang tidak memberi perhatian terhadap masalah yang dihadapi umat Islam maka bukan termasuk golonganku. Saatnya kita jadikan Ramadan momentum untuk latihan dan berbagi karena di bulan Ramadan pahala dilipat gandakan. Jangan sampai kita masuk orang yang merugi, puasa hanya memperoleh lapar dan dahaga semata, tanpa rasa solidaritas sosial. Ramadan sebagai bulan pendekatan diri kepada Allah SWT hendaknya dapat dijadikan momentum membangun solidaritas sosial dalam mencegah penyebaran Covid-19 dan lesunya aktivitas perekonomian masyarakat. Ramadan memiliki nilai khusus untu kmenumbuhkan persaudaraan antar sesama. Solidaritas dan persaudaraan antar sesama, saling tolong menolong, berbagi kasih terhadap sesama. Terutama dalam menghadapi pandemi COVID yang belum diketahui kapan akan berakhir harus terus dijaga dan ditumbuhkan, sehingga tercipta kebersamaan yang muaranya adalah rasa saling memiliki dan menjaga satu sama lain. Ikatan sosial yang kuat akan berdampak pada optimisme dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kita perlu saling mendorong dan menguatkan satu sama lain sehingga dapat melewati krisis kehidupan akibat pandemi Covid-19. Dalam pandangan Ibn Khaldun dalam buku muqaddimahnya, bahwa kejayaan dan eksistensi suatu golongan atau bangsa ditentukan oleh tingkat solidaritas sosial (asbhabiyyah) antar elemen golongan atau bangsa baik ulama, pejabat negara, pegusaha maupun rakyat biasa, dan secara alamiah, manusia adalah mahkluk sosial, dan Seorang mukmin ibarat sebuah bangunan yang kokoh, yang saling mengutakan antara satu dengan yang lain (HR. Bukhari& Muslim). Menurut Fukuyama bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki modal sosial tinggi, yakni high trust society seperti Jepang, Jerman dan negara maju lainnya. Dengan demikian puasa bisa memberi andil bagi terciptanya high trust society dan kemudian membuat bangsa menjadi lebih maju. Pertanyaannya adalah apakah suasana bulan puasa yang penuh dengan nilai-nilai insaniyah, dan nilai-nilai ilahiyah tersebut dapat diteruskan pada 11 bulan berikutnya? Bila jawabannya ya maka tesis bahwa puasa dapat meningkatkan kemajuan bangsa akan terbukti. Ramadan diberi keistimewaan khusus oleh Allah SWT, di mana setiap amal kebaikan itu baginya kecuali puasa. Puasa langsung untuk Allah dan seluruh kebaikan akan dibalas oleh Allah. Amal kebaikan di bulan Ramadan dilipat gandakan pahalanya. Ini bisa menjadi spirit untuk meningkatkan amal kebaikan, baik yang terkait hubungan ilahiyah maupun insaniyah. Seorang Muslim menahan lapar saat berpuasa karena disengaja, tapi saudara-saudara yang kelaparan bisa berhari-hari tidak makan karena memang tidak ada sesuatu untuk dimakan. Untuk itu, menjadi tanggungjawab bersama untuk hadir, menjadi solusi dan berbagi dengan saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan. Islam juga mendorong berbagi agar terwujud semangat saling menolong dalam kebaikan, zakat juga diwajibkan bermanfaat untuk jaminan keadilan sosial agar terwujud pemerataan, Solidaritas sosial Ramadan mengajarkan pentingnya sikap empati dan peduli dengan membudayakan sedekah. Sedekah terbaik adalah sedekah di bulan Ramadan. Sedekah itu solusi, terapi, dan inspirasi untuk melawan dan mengatasi pandemi. “Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan murka Allah, dan dapat menolak cara mati yang buruk.” (HR Turmudzi, lbn Hibban, lbn ‘Adi, dan al-Baihaqi). Saat ini ketika denyut nadi ekonomi bangsa melemah, karena kebijakan physical and social distancing, sedekah menjadi solusi krisis ekonomi. Sebagai pelajaran kemanusiaan dari Allah SWT, pandemi ini harus dimaknai dalam konteks solidaritas kemanusiaan untuk mewujudkan keselamatan dan hak hidup manusia secara bersama. Dapat dibayangkan, betapa pedih dan menderitanya, para pencari nafkah yang setiap hari mengandalkan transaksi sosial ekonomi dari keramaian dan kerumunan sosial. Oleh sebab itu, solidaritas sosial (kemanusiaan) harus menyentuh jiwa kepekaan dan kepedulian mereka yang dianugerahi kelebihan rejeki dengan bermurah hati meringankan penderitaan saudaranya dengan bersedekah. Sungguh relevan pesan Rasulullah SAW kepada umatnya untuk tidak menunda sedekah. “Bersegeralah bersedekah sebab bala’ (bencana) tidak akan bisa mendahului sedekah. (HR al-Baihaqi) dan di hadits lain disebutkan bahwa“ Kelak di hari kiamat orang-orang mukmin akan dipayungi oleh sedekahnya” (HR Ibn Huzaimah). Sebagaimana sedekah, berpuasa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran juga merupakan media spiritualisasi diri dengan pendakian spiritual: melatih hati dan pikiran untuk menahan diri dari bisikan hawa nafsu dan godaan setan demi meraih kualitas takwa. Pendakian spiritual (mi’rajruhani) melalui puasa Ramadan dengan sejumlah amalan unggulan seperti: qiyam al-lail, tarawih, tadarus Alquran, berdzikir, berdoa, beristighfar, bertobat, memberi santapan berbuka puasa, sedekah, iktikaf, zakat fitrah, zakat harta, dan sebagainya dapat membuahkan resolusi efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19. Esensi solidaritas sosial dalam bulan Ramadan yang harus diaktualisasikan adalah upaya bersama dalam pembebasan dan penyelamatan umat manusia dari kesengsaraan dan penderitaan akibat musibah global ini dengan mengedepankan keselamatan jiwa dan kemaslahatan hidup bersama Spirit solidaritas Ramadan meneguhkan bersama jihad mengatasi pandemi Covid-19 dengan penuh keimanan, kesabaran, dan kedisiplinan seraya tiada henti memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT dari Covid-19, dan tiada henti untuk meyakini janji Allah: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan” (QS.94: 5-6). Kita memohon kepada Allah SWT, semoga badai pandemi Covid-19 segera berlalu, umat bersatu dan bersinergi bersama dengan meneguhkan solidaritas sosial. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: