Permintaan Tas Koja Khas Baduy Meningkat di Pasaran Usai Dipakai Jokowi
Jokowi kenakan baju adat suku Baduy dalam sidang tahunan MPR RI 2021 di Gedung Parlemen. JAKARTA – Permintaan tas koja Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meningkat tajam hingga 60 unit dari normalnya lima unit per hari. Tingginya permintaan pesanan itu, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan busana Baduy dan tas koja saat menghadiri sidang tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta. https://radarbanyumas.co.id/sidang-mpr-jokowi-pakai-pakaian-adat-suku-baduy-wapres-maruf-dari-suku-mandar/ Ya, hal itu lantas membuat kerajinan khas yang terbuat dari kulit bambu tersebut menjadi perhatian masyarkat yang melihatnya. Tak selang berapa lama setelah acara itu selesai, permintaan tas koja pun meningkat. Sebagian para pembeli menilai, bahwa mereka tertarik dengan tas koja karena memiliki nilai keunikan dan seni tersendiri. “Meningkatnya permintaan itu dipastikan berdampak terhadap omzet pendapatan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masyarakat Badui ” kata salah seorang pengrajin tas koja dari Lebak-Banten, Kubil Menurut Kubil, selain unik, tas koja sangat ramah lingkungan karena terbuat dari kulit pohon teureup yang terdapat di kawasan hutan adat masyarakat Baduy. “Kelebihan tas koja juga memiliki fungsi beragam rupa, bahkan bisa menjadi tas sekolah hingga berbelanja,” ujarnya. Proses pembuatannya pun, kata dia, kulit pohon disayat tipis-tipis hingga menyerupai tali. Tali tersebut dijalin hingga menjadi tas namun terlihat lubang-lubang dan berbeda dengan tas terbuat dari kulit maupun pabrikan. “Kami menjual tas koja kini dijual Rp 50 ribu dari sebelumnya Rp 30 ribu/unit, ” imbuhnya. Begitu juga Jali, perajin tas koja mengaku, bahwa dirinya hari ini mendapat pesanan hingga 60 unit, sehingga merasa kewalahan untuk memproduksi kerajinan itu. Kendati begitu, ia tetap melayani permintaan pasar karena bisa mengambil dari perajin lainnya. “Kami hari ini mendapatkan omzet Rp 3 juta dari 60 unit dengan harga Rp 50 ribu/unit, padahal sebenarnya hanya omzet Rp 40 ribu per hari ,” kata Jali. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: