La Nina Datang, Bulan Puasa Sejuk

La Nina Datang, Bulan Puasa Sejuk

La Nina Datang, Bulan Puasa Sejuk  (1) JAKARTA- Bulan puasa tahun ini agak berbeda dengan 2015 lalu. Tahun ini diperkirakan lebih sejuk. Fenomena La nina diprediksi muncul menggantikan el nino, pada musim kemarau 2016 nanti. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mejelaskan, musim kemarau tahun ini diperkirakan sangat singkat. Dimana, dinamika el nino di atmosfer juga sudah meluruh jadi netral. Sampai saat ini saja, belum semua wilayah menunjukkan peralihan musim menuju kemarau. Tercatat, baru 31,6 persen daerah yang sudah mengalami perubahan musim ini. Sisanya, masih mengalami musim hujan. Padahal, musim kemarau diprediksi muncul pada akhir Maret-September. "Saat ini seperti sudah masuk la nina, tapi terpantau masih sangat netral," tuturnya dalam acara persiapan angkutan lebaran, di Kementerian Perhubungan, kemarin (3/6). Andi mengatakan, kemungkinan fenomena la nina menggantikan el nino yang cukup kuat memang besar. Dari data statistik selama 50 tahun terakhir, 75 persen el nino akan diikuti la nina. Dengan kata lain, curah hujan akan tinggi saat la nina nanti. "La nina diprediksi muncul Juli-September," tuturnya. Menurutnya, tahun ini akan cukup menarik. Karena, munculnya la nina hampir bersamaan dengan dipole mode negatif. Yakni, kondisi di mana suhu muka laut bagian Barat Sumatera lebih hangat dari suhu muka laut di Pantai Timur Afrika. sehingga, menyebabkan pasokan uap air bertambah dan curah hujan tinggi untuk Sumatera bagian Barat, Sumatera bagian Selatan serta Selatan Jawa pada periode Juni-Juli. "Ini yang kita sebut dengan kemarau basah. Sehingga, puasa nanti tidak sepanas tahun lalu. Lebih sejuk," ungkapnya. Akan tetapi, kondisi ini harus diantisipasi. Sebab, periode mudik lebaran juga akan terdampak. Pada Bulan Juli kondisi cuaca diprediksi banyak berawan. salah satunya awan-awan yang bisa menyebabkan resiko turbulensi. Kondisi ini terjadi di Indonesia bagian Barat dan Kalimantan. "Harus waspada. Tinggi gelombang juga diprediksi mencapai 4-6 meter di Barat Sumatera dan Selatan Jawa," ungkapnya. Selain itu, curah hujan yang mencapai 50 mm/hari menyebabkan momen lebaran bakal dilewati dengan curah hujan tinggi. Terkait ramalan cuaca tersebut, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suprasetyo meyakinkan bahwa hal ini dapat diatasi. Dia mengatakan, setiap pesawat memiliki radar yang bisa mendeteksi kondisi tersebut. Ditambah lagi, kemampuan pilot yang sudah mumpuni untuk menghadapi ancaman tersebut. "Tentu akan kita antisipasi," paparnya. Pihaknya sendiri sudah mulai melakukan pemeriksaan pada 526 pesawat untuk angkutab lebaran. Ramp Check dilakukan di 25 bandara di Indonesia. "Tahun ini pak Menteri Perhubungan minta semuanya diperiksa. Tidak lagi sampling. Ini untuk safety ya," jelasnya. Penumpang udara sendiri diprediksi sebanyak 6.972.069 penumpang, yang terbagi menjadi 6.099.659 penumpang domestik dan sisanya, 872.410 penumpang internasional. Jumlah ini naik 7,62 persen dari tahun lalu. Spesialis neuroscience dari University California Irvine Taruna Ikrar mengatakan umat muslim harus maksimal dalam menunaikan ibadah puasa. Dalam kajian ilmu tentang otak, berpuasa selama 30 hari bisa memperbaiki struktur otak. "Jadi teori ilmiahnya, selama puasa otak akan mendapatkan rangsangan atau stimulus positif," jelasnya di Jakarta kemarin (3/6). Selama menjalankan puasa, di Islam atau puasa di agama lain, seseorang akan mengalami perubahan di bagian sinaptik otaknya. Sinaptik itu adalah penghubung antara neuron-neuron yang ada di dalam otak manusia. Nah selama berpuasa, sinaptik itu akan mendapatkan rangsangan yang positif. Perubahan yang kedua biasa disebut neurogenesis. Akademisi jebolan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu menjelaskan, neurogenesis adalah proses penumbuhan atau regenerasi neuron-neuron. Di enam jam terakhir selama berpuasa, Taruna mengatakan terjadi rangsangan dari metabolisme tubuh untuk penumbuhan neuron-neuron baru. Nah neuron yang baru tumbuh ini, akan membawa memori positif menggantikan neuron yang sudah mati. Proses perubahan yang ketiga adalah neuro kompensasi. Dia menjelaskan neuro kompensasi itu adalah akumulasi dari munculnya neuron-neuron baru yang membawa memori yang positif. Setelah terakumulasi cukup banyak, neuron yang membawa memori positif ini bisa membawa manusia untuk berperilaku lebih baik dibanding sebelum menjalani puasa. Kunci dari kajian perkembangan neuron selama puasa itu, tidak sebatas urusan biologi saja. Selama proses pertumbuhan neuron baru, manusianya tetap harus mendapatkan input atau rangsangan yang positif. Jika di dalam Islam, bisa dengan mengikuti pengajian-pengajian atau kuliah keagamaan. Jadi puasa bisa membawa seseorang menjadi insan yang lebih baik, itu juga ada kajian ilmiahnya dari sisi neuroscience. Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan bahwa masyarakat sudah semakin dewasa dan memahami perbedaan ritual keagaaman. Bila awal puasa tahun ini berbedapun dia yakin tidak akan ada gejolak di tengah masyarakat. Warga tetap teduh dalam perbedaan. "Kalau perbedaan awal Ramadan itu tidak kelihatan. Yang kelihatan kalau berbeda Lebaran. Satu sudah pakai pakaian baru yang lain belum," ujar JK di Istana Wakil Presiden, kemarin (3/6). Dia menekankan bahwa seluruh masyarakat juga harus saling menghormati. Yang puasa menghormati yang tidak puasa. Begitu pula sebaliknya. "Yang tidak puasa menghormati dengan tidak merokok. Kantin juga tutup,"  tambah dia. Namun, ketua umum Dewan Masjid Indonesia itu mengingatkan kalau perbedaan dalam ibadah seperti penentuan awal Ramadan atau Lebaran itu tentu tidak bisa dikompromikan. Itu sama halnya dengan mengkompromikan halal dan haram. Orang yang yakin bahwa sudah waktunya Lebaran tentu haram hukumnya untuk berpuasa. "Kalau dagang bisa kita kompromikan. Ibadah susah dikompromikan. Tidak apa-apa yang penting rukun-rukun saja," ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar itu. (mia/wan/jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: