Vinales Stop Paceklik Kemenangan Yamaha

Vinales Stop Paceklik Kemenangan Yamaha

PHILLIP ISLAND – Saking bungahnya, Ramon Forcada sampai berlari kencang menuju parc ferme untuk memeluk dan memberi selamat kepada Maverick Vinales sesudah balapan MotoGP Australia kemarin. Setelah 25 seri dan 16 bulan, kepala mekanik Vinales di tim Yamaha itu menemukan sesuatu. Sesuatu yang akhirnya bisa menghentikan paceklik kemenangan terpanjang dalam sejarah tim pabrikan Jepang itu di MotoGP. Pantas Forcada begitu terharu. Di tengah kritik tajam yang mengarah ke Yamaha, plus minimnya dukungan teknis dari pabrikan, terutama terkait dengan pengembangan elektronik, mekanik veteran tersebut berhasil membuktikan bahwa dirinya tetap salah satu yang terbaik. Kemenangan kemarin sangat emosional bagi Forcada lantaran musim depan dia tak lagi berada di tim utama Yamaha. Juli lalu Vinales memecatnya dan memilih kepala mekanik Bradley Smith di KTM saat ini, Esteban Garcia, sebagai pengganti. Garcia pernah bekerja sama dengan Vinales di Moto3 musim 2013 dan ikut membawanya menjuarai kelas 250 cc tersebut. Forcada sendiri akan menukangi Franco Morbidelli di tim satelit Yamaha, Sepang International Circuit Petronas, musim depan. Sejatinya, jasa Forcada masih sangat diinginkan Jorge Lorenzo yang bergabung dengan Repsol Honda musim depan. Tapi, Honda tidak mengizinkan. Padahal, bersama Forcada, Lorenzo sudah merengkuh 3 gelar juara MotoGP dan memenangi 44 balapan saat masih membela Yamaha. Kemarin Forcada ikut berdiri di podium bersama Vinales. Ikut mencicipi sampanye kemenangan yang begitu sulit diraih Yamaha dua musim terakhir. Bahkan, jika gagal juara di Australia kemarin, dengan sisa tiga balapan lagi pada musim 2018, Yamaha tak tahu lagi bagaimana menyembunyikan muka di paddock MotoGP. Warganet bisa dengan enteng menyebut kemenangan Vinales di Australia adalah ’’kebetulan’’ setelah Marc Marquez mengalami DNF akibat insiden tabrakan mengerikan dengan Johann Zarco dalam kecepatan 300 kilometer per jam di lap keenam. Tapi, jika dilihat lebih cermat, pace balapan Vinales memang mumpuni. Dia begitu mendominasi. Enam lap terakhir, dia bahkan meninggalkan lawan-lawannya dengan selisih empat detik. Meskipun, dia kemudian harus mengatur ritme balapnya demi menjaga umur ban hingga dua lap terakhir. Selain itu, strategi pemilihan ban yang anti-mainstream ikut menentukan. Saat mayoritas pembalap memasang kombinasi ban medium-hard, Vinales memberanikan diri untuk menggunakan soft-hard. Alhasil, ketika mereka yang menggunakan medium-hard tertahan di rombongan yang berebut posisi runner-up, pemilik nomor start 25 tersebut berhasil membikin jarak yang cukup jauh di depan. ’’Kami berada dalam kegelapan sepanjang tahun dan tiba-tiba kami menemukan cahaya,’’ ujar Vinales seperti dilansir Crash. Kemenangan itu, kata Vinales, sekaligus menjadi bukti bahwa kemampuannya mengembangkan motor tidak perlu diragukan. ’’Mereka perlu membangun motor yang pas dengan gaya balapku. Khususnya membuat akselerasi di tengah tikungan lebih baik. Jika itu berhasil, kami punya peluang bertarung (meraih juara),’’ tandasnya. Kini Vinales bisa berharap mengakhiri musim ini dengan lebih baik. Begitu pula Forcada. Kini dia bisa mengakhiri kiprah di tim pabrikan Yamaha dengan kepala tegak. Sebagai orang ’’yang terbuang’’, dia telah membuktikan sesuatu. Sementara itu, kemenangan kemarin membuka peluang bagi Vinales untuk memburu posisi ketiga klasemen pembalap MotoGP yang kini dihuni rekan setimnya, Valentino Rossi. Keduanya terpisah 15 poin dengan sisa dua seri balapan. Sementara itu, peluang Rossi mengambil alih posisi runner-up dari Andrea Dovizioso juga masih terbuka. Meskipun, hasil GP Australia kemarin membuat jarak keduanya menjauh. Dari sebelumnya hanya 9 poin menjadi 15 poin. Kemarin Rossi juga menunjukkan bahwa Yamaha tampil hebat di Australia. Lama sekali dia berada di barisan terdepan berduel dengan rider Suzuki dan Ducati untuk berebut posisi runner-up. Dia menyebut hasil berbeda dengan Vinales lebih disebabkan perbedaan gaya balap, bukan masalah motor. ’’Dari sisi klasemen, hasil ini buruk. Karena aku kehilangan poin dari (Andrea) Dovizioso. Jadi, saya pikir pertarungan kini bukan lagi untuk posisi kedua, tapi ketiga (dengan Vinales),’’ sebutnya. (c19/cak)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: