Bridge Masih Dianggap Seperti Judi
BUKAN JUDI : Empat atlet Bridge Banyumas tengah berlatih. Persepsi negatif masyarakat mengenai olahraga ini menjadi kendala regenerasi atlet.MAHDI/RADARMAS PURWOKERTO - Bridge merupakan olahraga dengan media kartu sebagai objek permainan. Oleh sebab itu, persepsi seperti permainan judi masih melekat pada olahraga Bridge. Hal ini dibenarkan oleh Catur Indrawan, Sekretaris Pengkab Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) Banyumas. Menurutnya, anggapan atau kesan judi masih disematkan dalam permainan ini, dan merupakan salah satu kendala sulitnya regenerasi. "Masih ada persepsi di masyarakat bahwa Bridge seperti bermain judi. Olahraga Bridge juga masih kurang populer di masyarakat. Itulah mengapa regenerasi atlet Bridge sangat sulit," ujarnya. Namun, tambah Catur, saat ini mulai ada pembinaan. Sebanyak 14 anak yang sedang dalam proses untuk dibina menjadi atlet. "Dari dulu memang biasa seperti itu, masuk cukup banyak nanti yang bertahan hanya beberapa. Waktu jaman angkatan saya, dari delapan orang, hanya saya yang bertahan. Angkatannya Helga Anindyastika dari 10 orang, yang bertahan hanya dia. Kebanyakan alasannya karena kepalanya pusing lah, dsb," ucap Catur, kemarin (23/9). Catur mengatakan, kejuaraan Bridge pertahun di Indonesia hingga puluhan even. "Ada banyak even di Olahraga ini, dari mulai even resmi hingga multi even, ada juga yang sifatnya terbuka, seperti olahraga Badminton. setiap bulan hampir dibilang ada. Belum lama ini, sempet kejuaraan dua minggu sekali. Jadi memang peluang prestasi untuk cabor Bridge terbilang terbuka lebar," tambahnya. Senada dengan pernyataan Catur, Helga Anindyastika (24), salah satu atlet Bridge yang telah mendalami Bridge sejak kelas 5 SD, menambahkan, peluang lebih besar pada perempuan. "Dari yang saya pelajari, peluang di Olahraga ini sangat terbuka lebar, terutama untuk perempuan, karena jarang atlet Bridge perempuan," jelasnya. Disisi lain, Ratna Juwita (22), yang melakoni olahraga Bridge sejak enam tahun silam, mengaku ketagihan dengan permainan Bridge. "Karena Bridge bukan hanya sekedar olahraga, melainkan pikiran juga dilibatkan, sehingga saya menyukai Bridge. Awalnya justru karena saya malas berolahraga, kemudian dikenalkan oleh guru olahraga saya tentang Cabor Bridge, hingga akhirnya saya geluti sampai sekarang," pungkasnya. (mhd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: