Langsung Ngebut Pelatnas di Jogja

Langsung Ngebut Pelatnas di Jogja

JAKARTA – Meraih tiga emas, dua perak, dan satu perunggu di Asian Games 2018 tidak membuat skuad panjat tebing Indonesia bersantai. Sebaliknya, Aries Susanti Rahayu dkk langsung tancap gas melanjutkan pelatnas. Tepatnya di Stadion Mandala Krida, Jogjakarta, yang sebelumnya juga menjadi venue pelatnas Asian Games. Sasaran utama pelatnas ini adalah untuk menyiapkan para pemanjat menghadapi Olimpiade Tokyo 2020. Untuk kali pertama, panjat tebing (nama resminya sports climbing) akan dipertandingkan sebagai cabor ekshibisi. Ada waktu setahun mempersiapkan diri sebelum kualifikasi pada November 2019 di Toulouse, Prancis. Mereka bertekad merebut tiket ke multievent terbesar di dunia ini. ''Waktu setahun ini menurut kami sangat mepet. Apalagi masih banyak yang perlu kami benahi,'' jelas Hendra Basir, pelatih pelatnas panjat tebing kemarin. Indonesia memang mendapat banyak emas di Asian Games. Namun, semuanya berasal dari nomor kecepatan. Satu dari sektor tunggal putri, dan dua dari estafet putra dan putri. Sementara, yang dipertandingkan di Olimpiade adalah nomor kombinasi. Gabungan dari speed (kecepatan), lead (rintisan), dan boulder (kesulitan). ''Memang berat, tapi bisa,'' tegas Aspar Jaelolo, salah seorang pemanjat senior Indonesia. ''Kalau boulder kan jalur pendek, jadi harus kuat-kuatan dan butuh jam terbang ke luar negeri lebih sering. Karena banyak variasi jalur. Kalau kami nggak ikut perkembangan di luar negeri susah, apalagi jalur berubah-ubah,'' papar atlet 30 tahun tersebut. Selama Asian Games, kata Hendra, kita memang gagal mencetak prestasi di nomor combined. Namun, itu adalah bagian dari strategi. Saat itu para pemanjat senior fokus mengamankan emas, sehingga mereka semua diterjunkan di nomor speed. Termsuk pemanjat legendaris Jawa Timur Galar Pandu Asmoro dan Abu Dzar Yulianto. Nah, yang diturunkan di nomor kombinasi adalah para pemanjat junior. Tapi apakah itu berarti nomor lead dan boulder kita sudah oke? Sudah. Masalahnya, di pelatnas saat ini, setiap climber punya spesialisasi masing-masing. Nyaris tidak ada yang jago di semua nomor. Karena itu, pelatnas berencana memperbanyak tryout untuk menambah jam terbang di nomor kombinasi. ''Kami akan maksimalkan latihan di nomor lead dan boulder. Pada dasarnya atlet senior berpeluang besar untuk lolos ke Jepang,'' kata pelatih kelahiran Palopo, 2 Desember 1982 itu. Dalam waktu sangat dekat, ada dua kejuaraan yang akan diikuti timnas. Yakni IFSC Climbing World Champships di Innsbruck, Austria, pertengahan bulan ini, serta International Climbing Series-China Open di Guangzhou, November mendatang. Selain itu, ada tiga atlet yang diundang mengikuti event di Tiongkok. Yakni Aries, Aspar, dan Puji Lestari. ''Negara-negara lain sudah memperhitungkan kekuatan Indonesia. Makanya mereka mengundang,'' kata Hendra. (feb/na)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: