Kontroversi Bagi Semen Padang, Normal Dimata Panitia
[caption id="attachment_94961" align="aligncenter" width="100%"] GRATIS: Mitman ataupun masyarakat asli Kukar digaransi menonton Mitra Kukar melawan Persib Bandung tanpa dipungut biaya, khusus di tribun timur Stadion Aji Imbut, Minggu (4/10) nanti. ARIB BILLAH/KALTIMPOST[/caption] Wasit Thoriq Alkatiri Dianggap Masih Yang Terbaik JAKARTA - Keputusan wasit yang sarat kontroversi di turnamen Piala Jenderal Sudirman masih saja terus terjadi. Insiden terbaru adalah, ketika wasit Thoriq Alkatiri memberikan hukuman penalti kepada Semen Padang mengalami kekalahan 0-2 dari tuan rumah Pusamania Borneo FC dalam pertandingan leg pertama babak semifinal di Stadion Segiri, Samarinda, dua hari lalu. Ketika itu, striker Pusamania Herman Dzumafo terjatuh dalam kotak penalti saat berduel dengan bek Semen Padang Hengki Ardiles di menit ke-77. Thoriq Alkatiri pun langsung menunjukan titik putih dan berhasil di eksekusi oleh Sradan Lopicic. Tim pelatih Semen Padang langsung berang dengan keputusan Thoriq yang dianggap kontroversi itu. Asisten pelatih Semen Padang Dino Sefriyanto yang ketika itu mendampingi Nil Maizar dalam jumpa pers setelah pertandingan, bahkan menuding Thoriq telah menodai turnamen tersebut dengan keputusan kontroversialnya karena memberikan penalti kepada mereka. Menurut Dino, Dzumafo melakukan diving ’’Sepak bola kita tak akan maju-maju kalau punya wasit seperti dia (Thoriq, Red),” keluh Dino. Menurut pria yang mengaku juga mantan wasit nasional itu, mereka masih bisa saja terhindar dari kekalahan dalam laga itu, seandainya tidak ada keputusan penalti tersebut. Sebab, sampai dengan water break babak kedua saat pertandingan memasuki menit ke-75, mereka mampu membangun pertahanan yang sangat solid. “Tapi, semua berubah setelah adanya hadiah penalti itu,” tegasnya. Meski mendapat protes dari Semen Padang, pihak panitia tetap saja bergeming. Mereka menilai bahwa tidak ada yang salah dengan keputusan Thoriq sepanjang laga tersebut. Hasani Abdulgani, ketua pelaksana turnamen tersebut, memberikan penilaian positisf, dengan menyebutkan bahwa Thoriq masih menjadi salah satu wasit terbaik dari delapan wasit yang dipercayakan memimpin babak semifinal. “Kalaupun ada kesalahan dari dia, kesalahannya adalah tidak mengsir Nil Maizar dari lapangan. Karena dalam pantau kami, dia (Nil, Red) seringkali mencoba mendikte permainan dengan tindakan provokatifnya di pinggir lapangan,” kata Hasani. “Apalagi, dia juga ketahuan memanggil pemain untuk berdiskusi di pinggir lapangan ketika pertandingan sedang berjalan,” tegasnya. Hasani menambahkan, tradisi menyalahkan wasit setelah mengalami kekalahan dalam sebuah pertandingan seharusnya mulai di hindari oleh klub-klub tanah air. Sebab, cara-cara seperti itu tidak membuat tim-tim Indonesia menjadi dewasa serta para pelatih terkesan lepas tanggung jawab setelah mengalami kekalahan. “Kongkritnya, kalau mau menjadi tim yang menangan dalam setiap pertandingan, sebaiknya setiap tim harus menyiapkan materi pemain dengan bagus dong,”ujar pria yang juga CEO Mahaka Sports and Entertainment itu. Meski begitu, Hasani belum bisa memastikan status Thoriq setelah mendapatkan protes dari Semen Padang tersebut. Apakah dia masih akan diberikan kepercayaan untuk memimpin leg kedua babak semifinal atau dibebas tugaskan seperti wasit-wasit yang pernah membuat kesalahan di babak penyisihan lalu. “Karena kami hanya menilai dari segi penampilan dan kepemimpinannya saja. Tapi, terkait dia masih akan dipercayakan atau tidak, itu menjadi tanggung jawab komisi wasit, karena mereka lebih ahli untuk urusan itu,” timpal Hasani. (ben)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: