PDIP Tegaskan Sulit Koalisi dengan PKS dan Demokrat
JAKARTA – PDIP mengklaim bisa saja berkoalisi dengan partai manapun pada Pemilu 2024 mendatang. Termasuk soal koalisi untuk capres. Namun, partai berlambang moncong putih itu tidak bisa menggandeng PKS dan Partai Demokrat (PD). Alasannya ideologinya berbeda. “Koalisi bagi PDIP basisnya harus ideologi. PDIP berbeda dengan PKS dnn Demokrat. Sehingga sangat sulit untuk melakukan koalisi. Itu saya tegaskan sejak awal,” ujar Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (28/5). https://radarbanyumas.co.id/manuver-politik-mengatasnamakan-rakyat-oleh-kami-ditanggapi-dingin-pdip-dan-gerindra/ https://radarbanyumas.co.id/helikopter-jatuh-di-danau-perkemahan-cibubur/ Hasto menyebut Demokrat merupakan partai elektoral. Namun bertumpu pada kekuatan massa. “Kami tegaskan dari DNA-nya saja PDIP berbeda dengan Partai Demokrat dan PKS,” imbuhnya. Menurutnya, hal ini perlu disampakan sejak awal, supaya tidak ada wacana yang mencuat terkait koalisi PDIP dengan PKS dan Demokrat. “Ini tegas saja. Supaya tidak ada juru nikah yang ingin mempertemukan hal tersebut. Karena beda karakternya, beda nature-nya,” jelas Hasto. Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari mengatakan, hampir dipastikan jika PDI Perjuangan dan Partai Gerindra bakal berkoalisi pada 2024 mendatang. Hanya tinggal menunggu peresmiannya saja. Menurutnya, kedekatan ideologi antara PDI Perjuangan dengan Gerindra menjadi salah satu kedua partai untuk berkoalisi. “Kedekatan ideologi antara PDIP dengan Gerindra sama-sama nasionalis proteksionis. Ini istilah saya untuk menggambarkan ideologi yang nasionalis dan berusaha melindungi kalangan kelas menengah ke bawah,” ujarnya, Jumat (28/5). Kemudian, ia juga melihat adanya hubungan sejarah antara Prabowo Subianto dengan Megawati. “Hubungan kesejarahannya cukup panjang, pulangnya Prabowo ke Indonesia ada peran Megawati dan almarhum Pak Taufik Kiemas dan menurut saya itu tidak bisa dilupakan dan tidak mungkin dilupakan,” terangnya. Selanjutnya, ia juga menilai jika ada kedekatan antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo.Meski dua kali bertarung menduduki orang nomor satu di Indonesia, tetapu menurut Qodari, kedetakan tersebut tidak bisa ditutupi. Menurutnya, ada beberapa kemungkinan dalam Pemilu 2024 mendatang. Yakni ada kemungkinan Jokowi akan maju dan didampingi Prabowo jika Amandemen UUD 45 berhasil dilakukan. Kemungkinan terbesar, pasangan Jokowi-Prabowo akan melawan kotak kosong. Kemudian, jika amandemen tidak dilakukan, PDI Perjuangan harus mengajukan nama untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo. (rh/khf/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: