Pengembalian Biaya Utang untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung Makan Waktu 200 Tahun

Pengembalian Biaya Utang untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung Makan Waktu 200 Tahun

JAKARTA – Indonesia akan menjadi negara pertama di ASEAN yang memiliki kereta cepat seperti Jepang dengan Shinkansen-nya. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan dioperasikan pada 2020 mendatang. Dana yang dikeluarkan dalam proyek ini ditaksi mencapai 6,02 miliar dolar AS atau setara Rp86,04 triliun. Lagi-lagi untuk membiayai proyek kereta api cepat itu Indonesia berutang kepada Cina. Kebutuhan pendanaan akan dipenuhi lewat utang dari China Development Bank (CDB) sebesar 75 persen dan 25 persen dari ekuitas pemilik saham. https://radarbanyumas.co.id/indonesia-kecanduan-utang-wakil-ketua-mpr-ri-utang-luar-negeri-semakin-membludak/ https://radarbanyumas.co.id/ke-bekasi-jokowi-minta-kereta-cepat-jakarta-bandung-diuji-coba-pada-2022/ Pemegang saham KCIC (Kereta Cepat Indonesia Cina), adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia sebesar 60 persen dan konsorsium perusahaan Cina sebesar 40 persen. Vice Director Indef, Eko Listiyanto menilai proyek prestisius ini memang mahal namun sudah menjadi keputusan pemerintah dan harus tetap dikerjakan walaupun idealnya kereta cepat itu untuk jarak jauh. “Sebetulnya untuk ke Bandung kita sudah ada tol dan kereta biasa,” ujar Eko kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (14/7). Menurut dia, sekalipun tidak membebani secara langsung ke APBN karena pendanaan di bebankan pada BUMN dan konsorsium China. Namun menurutnya akan sangat sulit untuk bisa mengembalikan biaya investasi hanya dengan penjualan tiket saja. Kalau dihitung investasi Rp86 triliun, dengan penjualan tiket per hari Rp1 miliar paling tidak diperlukan waktu 200 tahun lebih untuk mencapai angka tersebut. Eko menyarankan sebaiknya untuk bisa memperoleh pengembalian lebih cepat harus ada pengembangan pendapatan lain di luar tiket, seperti dari iklan, pembukaan gerai-gerai di area stasiun dan pengembangan kawasan ekonomi bisnis di sekitarnya. “Jika gagal mengembangkan pendapatan di luar tiket tentunya dapat berdampak pada kesehatan keuangan yang membangun BUMN, harusnya investor pasti sudah berhitung kalau ada pendapatan lain diluar tiket yang memberikan potensi pengembalian dana investasi lebih cepat,” ungkap Eko. Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra, beberapa waktu lalu sempat menyampaikan pada awak media, jumlah utang yang bisa cair sampai akhir 2019 sebesar 60 persen dari komitmen pinjaman sebesar 4,5 miliar dolar AS. “Jadi total pijaman sekitar 4,5 miliar dolar AS ya. Sudah diambil seperempatnya (1,1 miliar dolar AS). Ya kira-kira 1 miliar dolar AS lagi lah,” kata Chandra. Ia menginformasikan saat ini per awal Juli progres pembangunan kereta cepat sudah mencapai 23 persen konstruksinya. Kereta cepat Jakarta-Bandung membentang dari Halim di Jakarta sampai Tegal Luar Bandung sepanjang 142,3km, lebih dari 50 persen atau sekitar 83 km struktur konstruksi proyek kereta cepat Jakart-Bandung terdiri dari konstruksi elevated dan bridge. Konstruksi elevated terpanjang terbentang sepanjang 36 km mulai dari Kabupaten Bekasi hingga Kabupaten Karawang. Targetnya separuh dari struktur elevated terpanjang ini akan tersambung di akhir 2019. Titik-titik pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung terus dikebut diantaranya Stasiun Tegalluar, Tunnel 6 (Inlet Outlet), Bridge Cikamuning, Brigif Elevated Cimahi, Tunnel 11, Tunnel 8, Tunnel 1 Halim, Casting Yard DK28, Batching Plant DK94.(ds/din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: