Wabup Kebumen: Jangan Ada Bully Pada Difabel
PERESMIAN: Wakil Bupati Kebumen H Arif Sugiyanto SH saat meresmikan sekolah inklusi ditandai dengan pemukulan gol.ISTIMEWA Pada Peresmian Sekolah Inklusi KEBUMEN - Wakil Bupati Kebumen H Arif Sugiyanto SH berharap tidak akan ada lagi pengucilan dan bully terhadap anak berkebutuhan khusus (difabel). Selain itu juga perlu komitmen ada dari semua pihak. Ini berkaitan dengan keberlangsungan pendidikan anak-anak difabel dan sekolah inklusi. Sekolah inklusi diharapkan membuat masa depan anak berkebutuhan khusus lebih baik. Sekolah ini membekali anak untuk bisa hidup mandiri dalam hidupnya yang dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Hal ini disampaikan saat oleh Wabup Arif saat meresmikan dan melaunching penyelenggaraan sekolah inklusi. Launching dan persemian tersebut dibarengkan dengan seminar Madsekin Gemragah yang ditujukan untuk para pendidik di sekolah inklusi, Sabtu (4/5) di Pendopo Bupati Kebumen. "Saya berharap tidak lagi ada bully dan pengucilan di lingkungan sekolah terutama untuk difabel," tuturnya. Seminar dilaksanakan dengan menghadirkan dua narasumber. Mereka juga memiliki latarbelakang berkebutuhan. Keduanya yakni seorang Peneliti Indef Jakarta Rusli Abdullah dan Mahasiswa TI UNS Surakarta Pramuditiya Dian Prameswara. Di Kebumen sekolah inklusi akan diterapkan di 20 sekolah dan madrasah. Jenjang SD/MI masing-masing SD 1 Surotrunan Alian, SD Pecarikan Prembun, SD 2 Logandu Karanggayam, SD Kaligubug Padureso, SD Podourip Petanahan. Selanjutnya SD Tanjungseto Kotowinangun, SD 1 Bumirejo Kebumen, SD 2 Pejagoan, SD 3 Bumiagung Rowokele, SD 1 Semondo Gombong, SD Muhammadiyah Karanganyar, dan MI Maarif Sidoulyo. Sementara Jenjang SMP/MTs akan diterapkan di 8 titik yaitu SMP 1 Kutowinangun, SMP 1 Poncowarno, SMP 2 Prembun, SMP 4 Kebuumen, SMP 3 Gombong, SMP 1 Pejagoan, SMP IT Logaritma Karanganyar, MTs 6 Puring. Adanya sekolah inklusi diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat. Ini pentingnya pendidikan anak berkebutuhan khusus. Selama ini anak-anak difabel bersekolah di SLB. Meski itu sangat positif namun sebetulnya ada semacam tembok pemisah terhadap anak berkebutuhan khusus. "Secara tidak langsung telah menghambat proses saling mengenal antara anak-anak difabel dengan anak-anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang terasingkan dari dinamika sosial," jelasnya. Wabup Arif juga meminta ke depan SLB akan diposisikan sebagai sistem pendukung bagi tercapainya pendidikan inklusif. SLB tidak lagi sebagai skema utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang difabilitas. Ini diharapkan mewujudkan kesempatan anak berkebutuhan khusus mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa normal. Adanya kediapan penyelenggaraan pendidikan inklusi di Kebumen juga mendapat apresiasi dari Kasubdit Kurikulum Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Pendidikan Khusus Kemendikbud RI Tita Sri Haryati. Pendidikan inklusi harus terjadi sinergi baik penyelenggara, orang tua, masyarakat maupun pelajar di dalamnya. "Jangan ada bully, pelabelan si hitam, si kriting dan lain sebagainya," ucapnya. (mam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: