Lapangan Kerja Rendah, PMI di Kebumen Meningkat
KARTU KUNING : Sejumlah pencari kerja sedang mengurus kartu kuning untuk bekerja di luar negeri. IMAM/ESKPRES KEBUMEN-Minimnya lapangan pekerjaan menjadi alasan utama seseorang mengadukan nasibnya ke luar negeri. Tingginya kebutuhan hidup dan pesatnya persaingan antar individu, menjadi faktor banyak yang memilih menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Tak heran jika kini jumlah PMI asal Kabupaten Kebumen terus meningkat setiap tahunnya. Ini juga terlihat dari banyaknya permohonan kartu kuning pada Dinas Tenaga Kerja dan KUKM (Disnaker KUKM) Kebumen. Hampir setiap hari pada dinas tersebut selalu terlihat pemohon kartu kuning. Beberapa diantaranya dilaksanakan guna menjadi syarat PMI Data dari Data Disnaker KUKM Kebumen menunjukkan, jumlah pencari kerja yang memohon kartu kuning tahun 2018 sebanyak 17.940 orang. Dari jumlah tersebut, 2.509 diantaranya merupakan calon PMI. Sedangkan tahun 2017, pemohon kartu kuning sebanyak 17.248 dengan 1.673 merupakan calon PMI. Sementara pada tahun 2016, pemohon sebanyak 13.721 dengan 1.675 merupakan calon PMI. Kepala Disnaker KUKM Kebumen Dwi Suliyanto SSos MSi Dwi Suliyanto melalui Kabid Penempatan Tenaga Kerja dan Pelatihan dan Produktivitas Drs Sigit Basuki mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan penghasilan. Ini bisa didapat dengan bekerja atau menjadi pengusaha. Bekerja memerlukan ketersediaan lowongan pekerjaan. “Jika lowongan pekerjaan tidak mencukupi, tentunya akan mencaci lowongan pada daerah lain, termasuk keluar negeri,” ujarnya, Selasa (22/1). Upaya mengurangi jumlah PMI salah satunya yakni menyiapkan lapangan pekerjaan pada kawasan industri. Industri di Kebumen diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja agar mampu mengurangi pencari kerja ke luar negeri. “Kini Pemkab Kebumen tengah menyiapkan kawasan industri untuk menyerap tenaga kerja di Kebumen," kata dia. Selain minimnya lapangan pekerjaan, kendala lainnya yang dihadapi oleh pera pekerja yakni soft skill yang masih rendah. Sementara disisi lain kualifikasi dari perusahaan semakin ketat. Dinas terus mengupayakan pelatihan soft skill dan uji kompetensi bagi para calon pekerja. Ini agar pekerja Kebumen dapat bersaing dengan pekerja yang berasal dari daerah lain. “Pembinaan soft skill meliputi mental dan sikap saat bekerja maupun persiapan purna kerja," ungkapnya. Keberadaan purna PMI juga penting untuk diarahkan. Jika tidak bukan tidak mungkin hasil bekerja selama di luar negeri, habis untuk kebutuhan konsumsi saja. Dalam hal ini pelatihan purna PMI menjadi salah satu program pengarahan pekerja agar mampu memanfaatkan hasil kerjanya. Selain PMI, diakuinya pelatihan juga ditujukan bagi keluarga PMI yang tinggal di Indonesia. Pelatihan ditujukan untuk memberikan pengarahan pemanfaatan uang yang dikirimkan PMI. "Perubahan mindset pemanfaat uang ini diperlukan agar lebih terprogram. Yang sudah dilakukan keluarga PMI dan PMI diarahkan menjadi wirausaha," jelasnya. Disinggung mengenai perlindungan PMI, Sigit menyampaikan, terkait hal tersebut pemerintah mencoba melibatkan desa dalam pendataan. Desa saat ini diharapkan mendata warganya yang akan pergi ke luar negeri termasuk PJTKI maupun tujuan bekerja. “Hal ini sekaligus untuk mengantisipasi sponsor ilegal penyalur PMI ke luar negeri,”imbuhnya. (mam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: