Salak Banjarnegara Kalah Saing
Salak Banjarnegara BANJARNEGARA - Saat ini permintaan salak asal Banjarnegara di Pasar Induk Kramatjati Jakarta mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor, antara lain karena kualitas yang menurun dan pedagang di lapak pasar induk sudah dikuasai dari daerah lain. Pemerhati salak asal Desa Pakelen Kecamatan Madukara Wahyu Hidayat mengatakan dari penelurusannya di Jakarta, permintaan salak asal Banjarnegara mengalami penurunan. "Sebulan yang lalu saya ke Pasar Induk Kramatjati memantau harga pasar di Jakarta," kata dia. Dari hasil pantauannya, salak asal Banjarnegara kalah saing dengan salak pondoh dari daerah lain. Selain karena kualitas yang menurun, pedagang di lapak pasar induk sudah banyak dikuasai orang-orang yang berasal dari daerah lain. Pedagang dari daerah lain, menggunakan strategi dengan menempatkan keluarga mereka dari istri atau saudara sebagai pedagang di pasar induk. Sehingga salak asal Banjarnegara kurang kompetitif di pasar induk. Sementara pedagang pengirim dari Banjarnegara juga banyak yang mengambil salak dari daerah lain seperti Wonosobo dan dipacking di Banjarnegara. "Sehingga dari segi ongkos pengiriman kita sudah kalah di biaya, biaya lebih tinggi," jelasnya. Terkait penurunan kualitas, menurut dia hal ini karena pohon salak di Banjarnegara kebanyakan sudah berusia 20 tahunan. Sehingga dari faktor usia, pohon sudah kurang produktif dan kualitasnya salak menurun. "Pola perawatan pohon salak di Banjarnegara sepertinya terlalu diforsir untuk berbuah. Sehingga batang salak menjadi kecil dan buahnya menjadi kurang bagus," paparnya. Petani asal Desa Penawangan Kecamatan Madukara Ridwan mengatakan saat ini harga salak cukup bagus. Saat ini di tingkat petani Rp 5 ribu per kilogram, hanya saja panennnya sedikit. "Kalau harga bagus, tapi produktivitasnya menurun," ujarnya.(drn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: