Massa Bentrok dengan Petugas

Massa Bentrok dengan Petugas

Massa bentrok dengan barikade Polisi akibat tidak puas dengan pelaksanaan Pemilu. Kegiatan ini merupakan simulasi pengamanan Pemilu 17 April 2019. DARNO/RADARMAS BANJARNEGARA-Proses pemungutan suara berlangsung ricuh. Massa yang tidak puas dengan pelaksanaan Pemilu, berbuat anarkis. Bentrokan antara pengunjuk rasa dengan Polisi yang melakukan pengamananpun tidak terelakkan. Massa yang marah, melempari petugas dan berusaha merangsek mengacaukan barikade Polisi bertameng. Massa sempat kocar-kacir saat disemprot mobil water cannon. Namun kembali berusaha menghimpun kekuatan dan menyerang petugas. Suasana semakin mencekam ketika sebuah bom tiba-tiba meledak ketika hendak dijinakkan. Tak ayal, petugas yang mengenakan seragam penjinak bom jatuh tersungkur karena dekatnya jarak dengan bom yang meledak. Selain bom yang meledak, tersisa sebuah tas mencurigakan yang disinyalir merupakan bom dengan daya ledak lebih dahsyat. Situasi inilah yang disimulasikan dalam pengamanan Pemilu 2019 di Alun-alun Banjarnegara, Kamis (14/3) pagi. Kapolres Banjarnegara AKBP Aris Yudha Legawa mengatakan pada Pemilu 17 April mendatang, tidak mau under estimatee. "Seluruh TPS dianggap rawan. Kita tidak mau under estimatee. Sehingga semua dianggap rawan. Tidak ada yang dianggap lebih ringan," paparnya usai simulasi. Dia mengatakan dalam pengamanan Pemilu yang akan segera tiba, menyiagakan 532 personel ditambah dari TNI 60 personel. Sedangkan sistem pengamanan menggunakan pola 2:12:24. Artinya dua Polisi mengamankan 12 TPS dan dibantu 24 Linmas. Simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan personel dalam melaksanakan pengamanan jika terjadi kerusuhan. "Disimulasikan bagaimana urutan atau tahapan proses pengamanan andaikan ada sesuatu yang terjadi saat Pemilu. Baik saat pemungutan atau perhitungan di TPS, di KPU atau di Bawaslu," paparnya. Bukan hanya memberikan pemahaman kepada personel yang bertugas, tapi juga stake holder terkait seperti KPU dan Bawaslu. Terkait bom yang meledak, dia mengatakan ledakan merupakan ledakan extra ordinary crime atau terorisme. Ledakan masuk dalam simulasi pengamanan Pemilu. Sehingga apabila terjadi ancaman bom, personel tahu apa yang harus dilakukan. "Bagaimana kita berkoordinasi dengan Gegana. Bagaimana cara penangananya TKP-nya," lanjutnya. (drn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: