Harga Kentang Naik 100 Persen

Harga Kentang Naik 100 Persen

BANJARNEGARA - Harga komoditas kentang asal dataran tinggi Dieng melonjak drastis. Kenaikan harga yang mencapai 100 persen ini lantaran saat ini terjadi kelangkaan sayuran yang menjadi tanaman pokok warga kecamatan Batur tersebut. Harga-Kentang-Naik-100-Persen Petani kentang asal Desa Bakal Kecamatan Batur, Madhurodin menuturkan setelah lebaran , kenaikan harga kentang justru semakin tinggi. Ia menyebutkan, jika harga kentang biasanya Rp 8 ribu per kilogramnya, saat ini bisa menembus Rp 18 ribu per kilogramnya. “Kenaikan harga kentang tahun ini paling tinggi dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau tahun lalu hanya mencapai Rp 12 ribu per kilogramnya,” terangnya, kemarin. Pria yang juga menjabat sebagai Kades Bakal ini melihat, kenaikan harga kentang ini lantaran terjadi kelangkaan. Pasalnya, saat bulan Ramadan lalu, rata-rata petani memilih memanen kentang meski belum memasuki masa panen. “Karena saat ramadan dan lebaran, kebutuhan petani banyak. Makanya, meski belum masuk masa panen, tetap dipanen. Akhirnya sekarang untuk tanaman kentang pun jadi telat, sehingga harga jadi mahal,” paparnya. Madhurodin mengaku, kentang Dieng jenis Granola dan Tejo Mz ini memang paling digemari. Menurut dia, hal ini lantaran kentang asal Dieng rata-rata lebih tahan lama dan memiliki ukuran yang besar. “Kalau penjualan tidak hanya seputar Banjarnegara, juga ke beberapa daerah. Bahkan, sudah sampai luar jawa,” ujar dia. Saat disinggung perihal kondisi cuaca yang tidak menentu, ia menambahkan, hal tersebut justru menguntungkan petani. Sebab, ongkos pemeliharaan tanaman menjadi murah, karena sampai saat ini masih turun hujan. “Biasanya pada bulan Juli-Agustus sudah mulai kemarau. Sehingga petani harus berusaha menyirami tanaman agar tidak kekeringan. Selain itu jika hujannya terlalu sering, kentang akan banyak yang busuk. Jadi kalau cuaca seperti ini justru membuat kualitas kentang bagus,” jelas Madhurodin. Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Perternakan dan Perikanan Banjarnegara Suparman mengatakan kondisi cuaca seperti ini juga menguntngkan petani sawah. Sebab, mereka tidak perlu memikirkan persoalan peraiaran. “Tetapi, meski tahun ini hujan melimpah, untuk hasil yang maksimal, petani sawah tidak menanam sawah hingga tiga kali. kebiasaan seperti ini masih ditemui di beberapa tempat yang dari sisi peraiarannya melimpah,” tambahnya. (uje)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: