Harga Kedelai Terus Melonjak, PSI Minta Importir Tepati Janji

Harga Kedelai Terus Melonjak, PSI Minta Importir Tepati Janji

Juru bicara DPP PSI, Sigit Widodo, bersama mantan Kepala Desa Kalisari, Ardan Aziz, mengunjungi salah satu perajin tahu di desa itu. Janji importir kedelai untuk menurunkan harga hingga saat ini belum terealisasi. Perajin tahu dan tempe di beberapa daerah justru mengeluhkan harga kedelai yang terus melonjak hingga hampir mencapai Rp 10 Ribu per kilogram. Kenaikan harga kedelai yang belum tuntas sejak Desember tahun lalu ini diungkapkan juru bicara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sigit Widodo, usai bertemu dengan Kepala Desa Kalisari, Cilongok, Kabupaten Banyumas, Endar Susanto, dan mengunjungi usaha pembuatan tahu di desa tersebut, Selasa (10/2/2021). https://radarbanyumas.co.id/harga-kedelai-masih-mahal/ Desa Kalisari adalah sentra produksi tahu di Kabupaten Banyumas. Ratusan keluarga di desa ini menggantungkan hidupnya pada produksi dan penjualan tahu. Ada 260 perajin tahu di Desa Kalisari yang rata-rata mempekerjakan 3-4 orang karyawan. Ardan Aziz, mantan kepala desa Kalisari yang juga keluarga perajin tahu, mengungkapkan, pekan ini harga kedelai mencapai Rp 9.775 per kilogram. “Setiap hari kami menggunakan 60 kilogram kedelai untuk membuat tahu. Kenaikan tiga ribu rupiah saja membuat kami harus menambah biaya produksi Rp 180 ribu per hari,” ungkapnya. Sigit mengatakan, perajin tahu di Desa Kalisari setiap harinya menggunakan lebih dari 10 ton kedelai untuk membuat tahu. “Artinya di satu desa ini saja ada penambahan biaya Rp 30 juta setiap harinya untuk produksi tahu. Bayangkan kerugian perajin tahu-tempe di seluruh Indonesia akibat lonjakan harga kedelai ini,” ujar Sigit. https://radarbanyumas.co.id/harga-tempe-naik-2-kali-lipat-di-tegal-usai-dua-hari-di-rumah-saja/ Lonjakan kenaikan harga kedelai impor asal Amerika Serikat dari kisaran Rp 6.500 menjadi RP 9.500 pada Desember 2020 membuat beban perajin tempe dan tahu menjadi sangat berat. Di beberapa daerah, perajin sempat menghentikan produksinya karena kesulitan membeli kedelai, selain sebagai bentuk protes pada kenaikan harga ini. Pada 7 Januari 2021, Kementerian Pertanian sebenarnya telah mengeluarkan surat edaran untuk menurunkan harga kedelai yang dijual importir ke perajin turun menjadi Rp 8.500 per kilogram. Namun faktanya, harga justru terus meningkat. Aziz mengungkapkan, perajin berharap harga kedelai bisa diturunkan menjadi Rp 7.000 per kilogram. “Dengan harga saat ini, perajin tahu hanya bisa bertahan hidup saja dan berusaha tidak mengurangi jumah karyawan,” ujarnya. Aziz mengungkapkan, saat ini salah satu yang bisa dilakukan perajin tahu adalah sedikit memperkecil ukuran tahu atau memperbesar ukuran dan menaikkan harganya. Endar berharap pemerintah dapat memfasilitasi penurunan harga kedelai impor. “Kami juga berharap kami dapat diajak berdiskusi oleh pemerintah pusat untuk menyampaikan fakta-fakta di lapangan,” ujarnya. Sigit menyesalkan importir belum memenuhi janjinya untuk menurunkan harga kedelai. “Jangankan menurunkan harga menjadi Rp 7.000 seperti keinginan perajin. Untuk menurunkan harga menjadi Rp 8.500 seperti janji mereka saja tidak dilaksanakan, padahal ini sudah lebih dari satu bulan,” sesalnya. Pada awal Januari 2021 DPP PSI telah meminta pemerintah meninjau ulang pola impor kedelai. Menurut PSI, perlu dibuka siapa saja yang mendapat kuota impor tempe, dan bagaimana sistem distribusinya. "Kedelai adalah komoditas penting di Indonesia karena diolah menjadi tahu dan tempe, sumber protein dengan harga terjangkau terutama untuk kalangan menengah bawah. Pasokan dan harganya seharusnya terus-menerus dijaga agar aman,” ujar Sigit. Jika terdapat indikasi ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan secara tidak fair dari lonjakan harga kedelai, PSI meminta pemerintah untuk tidak ragu menindak pelakunya dengan tegas. PSI juga merekomendasikan untuk merampingkan jalur impor dan distribusi kedelai ke perajin untuk mengurangi rantai dan rente distribusi, mengingat disparitas harga internasional dan eceran relatif tinggi. “Koperasi perajin tahu dan tempe juga perlu dilibatkan sebagai jalur distribusi,” ujar Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: