Ini Kisah Al Quran Bertuliskan Tangan di Cilacap, Kertas Masih Halus Meski Seusia Perang Diponegoro

Ini Kisah Al Quran Bertuliskan Tangan di Cilacap, Kertas Masih Halus Meski Seusia Perang Diponegoro

DI salah satu rumah keluarga di Desa Pesahangan, Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap tersimpan sebuah Al Quran yang sulit ditemukan di tempat lain. Bahkan, kitab suci itu ternyata masih disusun dengan tulisan tangan. Alquran itu kini telah berusia ratusan tahun. Namun masih tersusun rapi. Salah satu anggota keluarga, KH DR Fathul Amin Aziz hingga kini masih setia merawat Al Quran itu. KH DR Fathul mengatakan, meski telah lapuk dimakan usia, dia tetap berusaha merawat dan membersihkannya secara rutin. Dia pun menyediakan tempat khusus untuk menyimpan Al Quran itu. https://radarbanyumas.co.id/tiba-di-makassar-ganjar-langsung-ziarah-makam-pangeran-diponegoro/ Kini kondisi Al Quran tersebut memang sudah mulai rusak terserang jamur dan kutu pengerat kertas. Untuk itu, Alquran tersebut jarang dibuka karena takut akan semakin rusak. Namun, secara umum Alquran ini masih bisa dibaca dengan jelas. Menurutnya, Al Quran tersebut telah diwariskan secara turun temurun oleh bapak, kakek, kakek buyut, kakek canggah hingga leluhurnya. KH DR Fathul bercerita, berdasar keterangan yang tertulis di dalam Al Quran tersebut, kitab suci itu sudah ditulis sejak tahun 1224 Hijriah atau sekitar tahun 1800 masehi. Atau sudah ada sejak terjadinya perang Diponegoro. "Jadi sudah cukup lama, sekitar 200 tahun lebih. Namun kertasnya masih sangat halus. Dan untuk covernya agak tebal dan ada anyaman bambu. Kalau saya lihat ini merupakan hasil tulis tangan, karena tebal tipisnya tidak konstan," jelas KH Fathul. https://radarbanyumas.co.id/uri-uri-budaya-saat-malam-nuzulul-quran/ Dia mengatakan, Alquran tersebut sebenarnya ditulis oleh ulama yang terkenal pada masanya, yaitu Kiai Haji Nur Jalin. Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan di dalam Alquran ini terdapat beberapa penanda maupun identitas yang diyakini siapa sebagai penulis Al Quran tersebut. Katanya, KH Nur Jalin adalah ulama yang tidak memiliki keturunan. Al Quran itupun diwariskan kepada keturunan saudaranya, atau kakek canggahnya. Yakni KH Muhammad Nur Kandar. "Alquran ini kemudian diwariskan secara turun temurun. Dan kini disimpan dan dirawat oleh adik bungsu saya," ujarnya. Dian berharap, dengan adanya peninggalan Al Quran kuno tersebut, masyarakat bisa semakin gemar membaca Al Quran dan senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. (*/RAYKA DIAH - Cilacap /radarbanyumas/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: