Pusat Lamban, Pemkab Cilacap Angkat Tangan Penanganan Abrasi dan Tanggul Jebol Pantai Lengkong

Pusat Lamban, Pemkab Cilacap Angkat Tangan Penanganan Abrasi dan Tanggul Jebol Pantai Lengkong

CEK TANGGUL : Dandim Cilacap saat mengecek tanggul jebol beberapa waktu lalu. Penanganan tanggul jebol di pesisir selatan mendesak dilakukan, jika tidak bisa dipastikan akan memperparah kondisi. NASRULLOH/RADARMAS CILACAP - Kejadian abrasi dan tanggul jebol di pesisir selatan Cilacap, khususnya di Pantai Lengkong Kelurahan Mertasinga Kecamatan Cilacap Utara sudah bisa disebut sebagai bencana. Oleh karena itu, penanganan juga harus dilakukan secara darurat. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Widjonardi mengatakan, penanganan tanggul jebol di pesisir perlu disikapi dengan cepat, supaya tidak memperparah keadaan. "Kalau ini dibiarkan pasti akan semakin besar lagi," ungkap dia, Kamis (21/10). https://radarbanyumas.co.id/abrasi-di-pantai-lengkong-makin-gawat-perlu-penanganan-darurat-dianggarkan-rp-100-m/ Meski sudah berstatus bencana, APBD Kabupaten Cilacap menurut dia, tidak mampu untuk menangani penanggulangan bencana tanggul jebol tersebut. "Nilainya cukup besar, tidak sedikit, APBD tidak mampu, jadi itu (penanganan) jelas dari pusat," imbuh dia. Dari kasus jebolnya tanggul Pantai Lengkong, di mana ada tambak warga yang ikut terdampak, dan abrasi semakin dekat dengan permukiman, menurut dia perlu upaya penanggulangan. "Ini sudah terjadi kebencanaan, dan tugas kami adalah menormalkan kembali. Kita dengan lintas sektoral seperti Dinas PSDA telah meminta bantuan ke BBWS Serayu Opak supaya bisa mengambil langkah penanganan kedaruratan penanggulangan," ujarnya. Untuk penanganan darurat sendiri, BPBD dan Dinas PSDA telah berkoordinasi dengan Bapeda untuk membuka kembali dokumen pembangunan tanggul sepanjang pesisir selatan, supaya sinkron. "Tetapi ini bukan permanen, ini darurat. Jadi besok metode penanggulangannya juga metode darurat menggunakan kantong atau bronjong untuk menahan gempuran ombak," imbuhnya. Untuk penanganan permanen sendiri, pihaknya masih menunggu Detail Engineering Design (DED) dari BBWS yang dijadwalkan selesai tahun 2021 ini. Setelah DED selesai baru kemudian diusulkan ke Kementerian PUPR, untuk dilakukan verifikasi dan persetujuan alokasi anggaran. "DED belum selesai, dari yang disampaikan BBWS tahun selesai untuk kemudian diverifikasi dan persetujuan alokasi anggaran," jelasnya. Dijelaskan, secara periode musim sesuai prediksi BMKG, diperkirakan masih akan ada gelombang tinggi dari dua sampai empat setengah meter hingga akhir Oktober. "Gelombang tinggi ini yang mendorong sampai bibir pantai dan terjadi tanggul jebol. Periode ini setiap tahun. Kita pernah di 2016 di mana air sampai meluap sampai jalan di Tegalkamulyan," tandasnya. (nas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: