Anggaran Penanganan Abrasi Belum Pasti, BBWS Siapkan Tanggul Darurat

Anggaran Penanganan Abrasi Belum Pasti,  BBWS Siapkan Tanggul Darurat

DARURAT: Tim BBWS Serayu Opak meninjau lokasi abrasi dan jebolnya tanggul Pantai Lengkong, Kamis (14/1). Disiapkan tanggul darurat untuk mengurangi resiko lebih parah. NASRULLOH/RADARMAS CILACAP - Jebolnya tanggul yang menyebabkan banjir rob air laut masuk ke daratan di wilayah Pantai Lengkong Kelurahan Mertasinga Kecamatan Cilacap Utara sepekan terakhir jadi perhatian serius Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. BBWS Serayu Opak telah mengirimkan tim untuk meninjau lokasi, Kamis (14/10). PPK Sungai Pantai I BBWS Serayu Opak Jimmy Charles Roynald Ndun menyampaikan akan ada dua jenis penanganan, pertama penanganan secara darurat dan penanganan permanen. https://radarbanyumas.co.id/abrasi-di-pantai-lengkong-makin-gawat-perlu-penanganan-darurat-dianggarkan-rp-100-m/ Saat ini, untuk mencegah resiko lebih besar akan dilakukan penanganan darurat terlebih dahulu. Soal ini, BBWS Serayu Opak sedang berkoordinasi dengan Dinas PSDA dan BPBD Kabupaten Cilacap. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa kita lakukan penanganan darurat terkait dengan tanggul-tanggul yang jebol ini. Nanti untuk penanganan permanen akan kita tetap lanjutkan kesiapannya mungkin di tahun anggaran selanjutnya," ujarnya setelah peninjauan lokasi jebolnya tanggul di Pantai Lengkong, Kamis, (14/11). Penanganan darurat yang dimaksud bisa melalui pemasangan tanggul darurat seperti sandbags atau karung berisi pasir, atau cerucuk bambu. "Minimal untuk menahan dulu sementara. Walaupun itu tidak bisa dianggap sukses, karena penanganan darurat, tetapi minimal resikonya terkurangi," imbuhnya. Untuk penanganan secara permanen sendiri, dia menjelaskan sebenarnya sudah didesain, hanya pihaknya belum bisa memastikan terkait penganggaran, mengingat saat ini masih dalam masa pandemi covid-19 di mana banyak anggaran yang terefokusing dan difokuskan ke kesehatan dan vaksinasi. "Ya kita doakan saja, semoga bisa terealisasi anggarannya," jelas dia. Untuk siteplan disain penanganan darurat sendiri, dia menjelaskan, akan banyak pilihan, bisa dengan melalui tanggul laut atau lainnya. "Nanti tergantung dengan kebutuhan desainya itu seperti apa. Tidak nanti semua tanggul, tetapi tetap tergantung spot dan karakteristik yang beda-beda," ungkapnya. Dari hasil pengamatan awal pihaknya, terjadinya tanggul jebol dan abrasi ini disebabkan banyak pada cuaca dan iklim yang sedang tidak menentu. "Seperti sekarang kan tidak ada kemarau, adanya kemarau basah, itu saja mempengaruhi cuaca, tinggi gelombang," ungkapnya. Hal tersebut cukup berdampak pada wilayah sekitar, diantaranya wilayah lengkong yang belum dilengkapi barier atau penghalang. Itu berbeda dengan pesisir di wilayah kota seperti Teluk Penyu yang memiliki barier Nusakambangan. "Musimnya semakin bergeser, dan gelombang semakin besar itu mempengaruhi. Teknisnya itu (abrasi) disebabkan gelombang yang lebih besar tidak seperti biasanya," ujarnya. Terkait klaim KUD Mino Saroyo, kejadian abrasi yang disebabkan adanya pembangungan Jetty atau Dermaga untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) milik PT S2P PLTU Karangkandri menurut dia tidak sepenuhnya tepat. Karena secara teknis bangunan DUKS tersebut tidak berpengaruh pada besaran gelombang. "Besaran gelombang itu pengaruhnya ke iklim, alam. Kalau bangunan struktur seperti Jetty itu memang pengamanan garis pantai. Hanya itu harus dilakukan terus menerus, tidak bisa dilakukan spot-spot. Tetapi apakah itu (Jetty) yang menyebabkan rusak (abrasi) saya pikir secara teknis tidak, karena itu lebih ke alam," tandas dia. Seperti diketahui sebelumnya, kejadian tanggul jebol telah menyebabkan banjir rob air laut masuk ke daratan dan telah menghilangkan tambak udang milik petani setempat. Selain itu, abrasi di Lengkong juga mengakibatkan nelayan setempat tidak bisa menyandarkan perahunya di pesisir Lengkong, dan berdampak pada produksi ikan hasil tangkap menurun hingga 90 persen. (nas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: